Rabu, 26 Desember 2012

Nilai Adat dan Agama Pada Generasi Muda Perlu Ditanamkan

Dalam suatu pertemuan yang diadakan di Kelombok Belajar Bidasari Talao Induring Kapau, beberapa waktu yang lalu berlangsung akrab dan dengan rasa kekeluargaan. Dihadiri langsung oleh Bapak Ir.H.Andi Sahrandi beserta sejumlah anak-anak muda yang datang dari Jakarta dan berbagai daerah, juga diramaikan oleh sejumlah masyarakat Kapau yang berada di kampung. Acara yang dikemas semacam diskusi ringan tersebut berlangsung santai dan yang mengemuka saat itu adalah hal-hal seputar nagari Kapau.

Inti dari pertemuan ini sebetulnya adalah sejauh mana anak-anak muda kita sekarang ini memahami adat istiadat Minangkabau serta tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang secara faktual dimana generasi muda kita mulai kehilangan jatidirinya sebagai generasi muda yang beradat dan beragama. Sehingga timbul suatu kegundahan serta kegelisahan bagi orang-orang yang masih memiliki kepedulian terhadap anak kemenakan dan nagari pada khususnya. Mau dikemanakan generasi muda kita ini apabila dia tidak tahu lagi norma-norma adat dan agama yang berlaku, apalagi mengamalkannya.

Kita dapat melihat dan mengetahui yang juga dibicarakan dalam pertemuan tersebut, bahwa Adat basandi Syarak dan Syarak basandi Kitabullah, syarak mangato adat mamakai, apakah masih relevan di zaman sekarang ini. Sebagaimana kita ketahui bila kita melihat asal usulnya adat itu sendiri sudah ada sebelum agama Islam masuk ke Minangkabau. Sebagai perumpamaan, bangunan rumah adat atau rumah gadang itu dibangun dengan mendirikan terlebih dahulu tiang-tiangnya yang banyak (diumpamakan dengan adat). Kemudian setelah berdiri tiang-tiang yang tidak rata tersebut ditopang dengan batu dibawahnya yang disebut dengan sandi (diumpamakan dengan syarak/agama). Timbul pertanyaan, kenapa sekarang orang membangun rumah yang dibangun terlebih dahulu adalah sandi, jawabnya adalah itu rumah ala Barat. Berbeda dengan rumah ala Minangkabau. Jadi adat yang selama ini berlaku di Minangkabau diluruskan oleh agama Islam. mana yang bertentangan dengan agama Islam dihapuskan dan yang tidak bertentangan tetap dipertahankan.

Sebenarnya orang tua kita atau nenek moyang kita dahulu sayang dengan anak cucunya yang akan datang di kemudian hari, sehingga mereka mewariskan aturan yang sangat indah berupa adat yang penuh dengan tatakrama, sopan santun serta nilai-nilai mulia lainnya yang kemudian ditopang oleh norma agama. Apabila kita bandingkan zaman dahulu dengan zaman sekarang tentang hal di atas memang sangat jauh perbedaannya. Tapi apakah akan kita biarkan nilai-nilai yang baik itu hilang pada generasi muda. Tentu tidak.

Kita harus berupaya sekuat mungkin untuk kembali menggerakkan masyarakat khususnya generasi muda, untuk kembali mengenal adat dan agama, sehingga mereka mempunyai kemauan dan kemampuan dan punya semangat dalam mengamalkannya, minimal untuk lingkungan terdekat. Maka untuk usaha ini tentu sangat dibutuhkan dukungan keluarga, ninik mamak, alim ulama dan seluruh lapisan masyarakat dan juga sangat penting peranan pemerintah dari yang tertinggi sampai yang terendah.

Sebab degradasi moral dan akhlak sudah sangat membahayakan terutama bagi generasi muda, bukan hanya di daerah Kapau tapi sudah mendunia. Nah, disini dibutuhkan suatu pendidikan yang didalamnya diajarkan pendidikan berkarakter dan pendidikan akhlak/budi pekerti untuk anak kemenakan kita. Sehingga adat basandi syarak, syarak, basandi kitabullah tidak hanya sekedar dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan sebagainya tapi nantinya betul-betul dapat dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat.

Dibutuhkan motor penggerak, kalau tidak maka roda tidak akan berjalan, tapi perlu dukungan yang masif dan terkoordinasi dengan komponen-komponen yang ada di tengah masyarakat. Kita tidak menginginkan kerusakan-kerusakan moral itu akan semakin parah kecuali bagi orang yang tidak mempunyai hati nurani dan orang seperti itu memang tidak dibutuhkan dan tidak dapat diharapkan.

Semoga niat baik dari Bapak kita Ir.H.Andi Sahrandi dengan Kelompok Belajar Bidasari nya dapat diwujudkan dan semoga selalu dibimbing oleh Allah swt. Amin.






Gapura MTI Kapau










Senin, 17 Desember 2012

Kebenaran Islam tentang jantung manusia yang ditulis oleh al-Qur'an

Saif Al Battar
Rabu, 27 Juni 2012 11:03:12


Paper itu ditulis oleh Marios Loukas, Yousuf Saad, Shane Tubbs dan Mohamadali Shoja. Penulis pertama, Marios Loukas adalah seorang Profesor di St. George University dengan bidang riset seputar jantung, teknik dan anatomi pembedahan, arteriogenesis hingga pendidikan medis.
Pencarian dengan menggunakan portal ISIWeb Knowledge menyebutkan sekitar 280 paper ilmiah yang pernah ditulis oleh Marios Loukas di bidang jantung. Ini menunjukkan kredibilitas beliau sebagai pakar yang berkompeten untuk berbicara soal jantung, termasuk tulisannya yang membicarakan jantung di dalam Al Quran dan Hadits.
International Journal of Cardiology itu sendiri termasuk jurnal ternama di bidang jantung. Nilai Impact factor jurnaltersebut sekitar 3. Paper yang diterbitkan itu dapat dilihat di http://www.internationaljournalofcar...566-X/abstract
Dr. Marios Loukas
Mungkin penting untuk diketahui disini, bahwa kata "heart" dalam dunia kedokteran berarti jantung, bukan hati. Adapun "hati" dalam kedokteran adalah liver. Karena itu kata ?qalb? dalam bahasa Arab, diterjemahkan oleh penulis paper tersebut menjadi "heart", yang dalam bahasa Indonesia berarti jantung.
Ada sejumlah hal menarik dari paper tersebut.
Paper tersebut dikirim dan sampai (received) ke jurnal tersebut pada tanggal 7 Mei 2009. Ternyata, hanya dalam 5 hari kemudian tanggal 12 Mei 2009, paper tersebut langsung disetujui (accepted) oleh editor jurnal tersebut. Sepanjang pengetahuan saya, proses ini sangat-sangat cepat. Rata-rata sebuah paper membutuhkan waktu satu hingga beberapa bulan untuk dapat disetujui oleh editor jurnal. Bahkan ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Lamanya proses itu salah satunya karena adanya diskusi panjang dengan reviewer atau pihak ketiga yang memberikan penilaian layak tidaknya sebuah paper untuk dapat diterbitkan di sebuah jurnal ilmiah. Dugaan saya, proses yang hanya lima hari sejak proses received hingga accepted ini disebabkan karena editor langsung setuju dengan isi paper tersebut sehingga tidak diperlukan lagi proses pengecekan oleh pihak ketiga.
Paper itu sendiri terbit secara online pada 25 Agustus 2009. Kemudian dicetak dalam edisi kertas baru-baru saja, pada 1 April 2010.
Dalam pengantarnya, penulis menjelaskan kemajuan ilmu kedokteran saat ini nampaknya melupakan kontribusi dari sejumlah teks-teks agama, salah satunya adalah Quran dan Hadits. Padahal beliau menyebut deskripsi yang akurat tentang struktur anatomi, prosedur bedah, karakteristik fisiologi dan pengobatan medis, "Found within the Qur'an and Hadeeth are accurate descriptions of anatomical structures, surgical procedures, physiological characteristics, and medical remedies." Paper itu ditulis sebagai review atau rangkuman untuk menyajikan secara akurat kontribusi Al Quran dan Hadits dengan fokus khusus pada sistem jantung "to accurately present the anatomical and medical contributions of the Qur?an and Hadeeth, with specific focus on the cardiovascular system."
Setelah menyebutkan sejarah singkat Al Quran dan Hadits, Marios Loukas menjelaskan perbedaan kontras dalam Islam dan Kristen mengenai hubungan antara agama dan sains. Dalam sejarah Kristen di abad pertengahan dan masa Renaissance, pengaruh gereja Kristen melumpuhkan (stifle) perkembangan sains, bahkan jika pengamatan sains tersebut sebenarnya didukung oleh perhitungan dan pemikiran rasional. Sementara, sains di era kejayaan Islam berkembang luas disebabkan ajaran Islam mendorong (encourage) dan mendukung riset sains. Selain itu, dalam Islam pencarian ilmu pengetahuan merupakan bagian dari ibadah kepada Tuhan (an act of worship to God).
Paper itu menjelaskan tentang pandangan umum tentang pengobatan dalam Al Qur'an dan Hadits. Diantaranya, Allah SWT yang menciptakan penyakit, dan setiap penyakit itu selalu ada obat dan metode penyembuhannya. Sebuah penyakit yang sembuh terjadi karena adanya ijin dari Allah SWT (permission of God). Ada dua macam perlakuan (treatment) untuk proses penyembuhan suatu penyakit, yaitu secara spiritual dan fisik. Sebab, Al Quran menyebut penyakit tidak hanya berupa penyakit fisik, namun juga penyakit yang  "tersembunyi" seperti keragu-raguan (doubt), kotoran keimanan (impurity), kemunafikan (hypocrisy) dan tidak beriman (disbelief) dan dusta (falsehood).
Selain penyakit batin tersebut, Al Quran dan Hadits juga mendiskusikan beberapa penyakit fisik seperti sakit perut (abdominal pain), mencret (diarrhea), demam (fever), penyakit kusta (leprosy), and penyakit mental. Diantara obat yang manjur adalah madu karena mengandung gula, vitamin dan anti mikroba. Selanjutnya Al Quran berbicara tentang makanan apa saja yang haram dikonsumsi, seperti bangkai, darah, daging babi serta yang disembelih tidak atas nama Allah.
Mengenai sistem jantung, darah dan sirkulasinya, penulis menyebut tentang sebuah ayat Al Quran yang menyatakan bahwa "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (Qaaf 16). Ini menunjukkan relasi antara Allah SWT dengan hamba-Nya, sekaligus mengisyaratkan pentingnya pembuluh darah di leher dan hubungannya dengan jantung.
Panjang lebar, penulis paper tersebut juga mengupas jantung, penyakit yang berkaitan dengan jantung, serta kontribusi Al Qur?an dan Hadits bagi dunia medik. Seperti, pembuluh darah aorta, diskusi seputar darah pada penyembelihan binatang. Al Quran juga menyebut ada tiga kelompok manusia berdasarkan keadaan ?heart?, yaitu orang yang beriman (believers) yang memiliki heart yang hidup, orang kafir (rejecters of faith) yang memiliki heart yang mati, dan orang munafik (the hypocrites) yang ada penyakit dalam heart. Karena itu Marios Loukas menyatakan bahwa heart memiliki dua tipe, yaitu spiritual heart dan physical heart. Tiga kategori itu termasuk ke dalam spiritual heart. Ia juga menyebutkan bahwa ulama (scholars) membagi dua jenis penyakit dalam spiritual heart, yaitu syubuhat dan syahwat.
Bagian yang juga menarik, ketika secara tidak langsung gaya hidup manusia yang dikehendaki oleh Allah SWT, membuat kemungkinan terkena penyakit jantung menjadi lebih kecil, seperti melakukan aktivitas spiritual, makan secukupnya, bekerja secara fisik, tidak marah dan iri hati, menjauhi keserakahan, serta menjauhkan diri dari makanan dan minuman yang dilarang. Termasuk dibahas pula gerakan-gerakan shalat (berdiri, sujud duduk) yang berhubungan dengan kesehatan, sampai-sampai gerakan orang shalat yang malas seperti yang dilakukan oleh orang munafik dikecam dalam Al Quran. Hingga dibahas pula, larangan Islam untuk mengkonsumsi alkohol untuk khamar yang bisa ditinjau dari segi kesehatan. Sebab, alkohol berpengaruh pada seluruh organ tubuh, seperti liver, lambung, usus, pankreas, jantung dan otak dan dapat menyebabkan sejumlah penyakit, seperti liver cirrhosis, pancreatic insufficiency, cancer, hypertension dan heart disease.
Di bagian kesimpulan, penulis menyatakan bahwa Al Qur'an dan ucapan Nabi Muhammad merupakan teks agama, spiritual dan sekaligus saintifik, serta memberikan pengaruh (influence) bagi ilmu medik dan anatomi. Setelah panjang lebar menjelaskan, penulis menyatakan bahwa jantung (heart) sesungguhnya berisi unsur hati, kecerdasaan dan emosi, sebagaimana juga unsur fisik tubuh yang dapat mengalami sakit, seperti pembekuan darah dll. Penulis juga menyatakan bahwa saintis Eropa di abad pertengahan gagal dalam mengambil manfaat dari Islam, disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya proses penterjemahan yang buruk.
Menurut pengamatan saya, Al Qur'an memang bukan kitab sains, namun petunjuk hidup bagi manusia. Bagi orang yang beriman, Al Qur'an juga tidak butuh bukti untuk kebenaran isinya. Namun demikian, adanya sejumlah isyarat-isyarat ilmiah yang belakangan terbukti sesuai dengan perkembangan sains modern semakin menunjukkan bahwa Al Quran bukanlah sebuah kitab yang biasa, tetapi sebuah mukjizat dari Allah SWT. Inilah domain yang dimasuki oleh Marios Loukas dan partnernya. Orang seperti Marios Loukas dengan kepakarannya di bidang jantung sangat tepat untuk membahas masalah ini. Tentu, usaha ini patut mendapat apresiasi dari kita, kaum muslimin. Salah satunya, beberapa saintis Turki menulis paper di jurnal tersebut yang berjudul  "Islamic legacy of cardiology: Inspirations from the holy sources", sebagai kelanjutan dari paper Marios Loukas tersebut.
Disamping itu pula, sudah menjadi sunnatullah jika gembong anti Islam selalu menampakkan kebenciannya terhadap setiap upaya untuk memajukan Islam. Kalangan anti Islam dari kelompok faithfreedom.org misalnya, mereka sangat tidak suka ketika jurnal Cardiology itu menerbitkan paper tersebut. Bahkan salah satunya seperti Syed Kamran Mirza sampai menulis surat kepada jurnal tersebut agar menarik paper tersebut. Tentu saja permintaan itu ditolak.
Semoga informasi ini bisa menjadi tambahan inspirasi untuk kaum muslimin, untuk selalu menjadi yang terbaik di bidang masing-masing, menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, dan juga menjadi tambahan keimanan bagi kita, kaum muslimin. Wallahu a'lam bish showab..
(saif/zilzaal/arrahmah.com)

Kamis, 13 Desember 2012

DATUK



Sudah tidak asing lagi bahwa di Minangkabau pemimpin adat di suatu kaum dan suku dikenal dengan nama Penghulu atau panghulu, dalam istilah adatnya Ninik Mamak, dengan gelar yang disebut juga dengan Datuk atau Datuak. Tidak sembarangan orang yang dapat menjadi datuk, karena datuk itu adalah gelar yang sakral, disebut dengan pusako yang diwariskan secara turun temurun sejak dahulu kala. Orang yang memikul gelar ini adalah orang pilihan, dia disegani sekaligus menjadi panutan, minimal di di lingkungan kaumnya sendiri atau persukuannya.

Di beberapa daerah gelar datuk ini sudah tinggal nama, karena terbenam atau terandam meskipun fungsinya masih ada. Tapi di beberapa daerah lain atau sebagian besar daerah, gelar ini masih ada dan bahkan dalam jangka waktu tertentu dilaksanakan helat / alek batagak panghulu.

Dahulu menurut cerita orang tua-tua, seorang datuk atau ninik mamak atau panghulu itu sangat dihormati, disegani dan sebagai tempat mengadu bila terjadi masalah, kata-katanya dipegang dan keputusannya diikuti dan dipatuhi, apabila kusut menyelesai dan apabila keruh memperjernih. Seorang datuk di Minangkabau mempunyai wibawa yang tinggi ditengah anak kemenakannya.

Tapi itu dahulu ketika zaman masih tradisional, ketika radio dan koran belum ada, televisi apalagi. Ketika diwaktu malam gelap gulita dan hanya diterangi lampu togok (lampu minyak tanah). Adat istiadat masih kuat terpelihara, pengaruh luar belum ada. Ketika di tanah Minangkabau pengaruh Mamak atas Kemenakan masih terasa. Ketika yang namanya HAM yang didengungkan sekarang ini belum dikenal. Begitu indah dan alangkah bahagianya masyarakat ketika itu.

Sekarang seorang datuk masih kelihatan gagah, memantulkan aura layaknya seorang pemimpin. Tapi itu sudah tidak berapa lagi, karena sebagian besar hanya kelihatan utuh dari segi penampilan tapi sudah mulai lapuk bila dilihat dari dalam. Seorang datuk di zaman sekarang, apabila kita perhatikan hanya berbuat sesuatu apabila dibutuhkan, dia diperlukan oleh sanak saudara dan kemenakan ketika seremonial adat.

Dibalik itu dia tidak dianggap lagi bila tidak dibutuhkan, bahkan ada yang sengaja tidak memerlukan dia karena kaumnya atau kemenakan menganggap bahwa acaranya akan tetap terlaksana tanpa adanya ninik mamak atau datuk dan ini sudah banyak terjadi. Kita tidak akan mencari siapa dan pihak mana yang salah, kita tidak perlu mencari kambing hitam. Karena keadaanlah yang menyebabkan seperti itu, karena zaman lah yang menjadikannya demikian.

Bahkan ada Ninik mamak atau datuk yang tidak tahu menahu dengan anak kemenakan, begitu pula sebaliknya ada kemenakan yang tidak tahu menahu dengan ninik mamak atau datuknya atau pemimpinnya sendiri. Semua itu disebabkan oleh problem yang kompleks, dikarenakan kusut yang tidak terselesaikan, keruh yang tidak terjernihi.

Adat yang berlaku di Minangkabau itu sangat kuat, dia tidak akan dapat dirubah oleh siapapun, dibubut tidak mati diasak tidak layu. Tapi meskipun begitu kita harus percaya dengan hukum alam yang dilukiskan oleh adat itu sendiri, Sekali ombak besar sekali tepian berubah. Yang namanya tepian meskipun terdiri dari batu betapapun kuat dan kerasnya suatu waktu pasti akan ditelan oleh ombak, pasti akan hancur diterjang ombak yang terus menerus.

Begitu juga dengan datuk, orang yang bergelar datuk itu sangat berpengaruh dan sangat didengar apa kata-katanya. Tapi apabila jalan alah diasak urang lalu, cupak alah dialiah urang manggaleh, artinya aturan tidak lagi dipatuhi, orang lebih suka melanggar aturan daripada mematuhi aturan yang ada, apa mau dikata. Tidak masanya lagi berpepatah petitih yang hanya tinggal di atas kertas atau hanya menjadi hafalan belaka, tidak zamannya lagi berpetuah dan bernostalgia apabila kering dengan makna.  Semua itu tidak ada artinya bila tidak dilaksanakan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari. Itu hanya akan menjadi sia-sia bila tidak dijadikan watak dan karakter bagi kita dalam berinteraksi.

Sehingga jangan hendaknya adat yang tidak lekang karena panas dan tidak lapuk oleh hujan itu hanya menjadi slogan kosong belaka. Adat basandi syara’ dan syarak basandi kitabullah hanya menjadi angan-angan yang tidak berharga, jangan hendaknya seperti itu.

Kita tentu tidak mengharapkan aturan adat kita menjadi mandul atau hanya menjadi macan ompong, alih-alih dapat mengubah karakter dan jatidiri anak kemenakan akan disebut  beradat, justru semakin menjauh dari tuntunan adat yang bersendikan syara’. Sebagai contoh kita tidak perlu jauh-jauh melihat rusaknya moral dan etika pergaulan generasi muda, yang justru berada di lingkungan kita sendiri, begitulah seterusnya, karena rasanya kita sudah dapat menyimpulkan sejauh mana kerusakan itu terjadi, bagaimana memperbaikinya, itulah yang perlu ditangani segera secara serius, dengan apa, yaitu dengan kekuasaan.

Dan yang berkuasa itu adalah Ninik mamak atau datuk yang tentu meningkatkan kewibawaan dalam menjalankan kekuasaan / kepemimpinannya dan mesti didukung oleh anak kemenakan. Kalau tidak, maka dia akan mempertanggungjawabkan kepemimpinannya itu baik di dunia maupun di akhirat kelak, begitu pula dengan anak kemenakan bila terus merongrong kepemimpinan tersebut tanpa alasan yang benar maka dia pun akan mempertanggungjawabkan akibatnya. (14/12/2012)

Rabu, 12 Desember 2012

PECUNDANG





Kalah, apa itu kalah, kalah lawannya adalah menang, semua orang pasti ingin menang dan tidak satupun yang mau kalah, Saudaraku. Kekalahan dan kemenangan pasti datang silih berganti dalam kehidupan seseorang, meskipun kemenangan dapat diraih dan akan sudi mampir, begitu juga kekalahan pasti telah dan akan menghampiri seseorang. Sekali lagi tentang kalah dan kekalahan, ada yang mampu bangkit setelah mengalami kekalahan dan berhasil menang, tapi tidak jarang yang gagal sehingga terus terpuruk sebagai orang yang kalah. 

Apakah anda pernah mengalami kekalahan?, bagaimana perasaan anda? tentu bermacam-macam. Tidak mungkin orang selalu menang, dan tidak mungkin pula orang selalu kalah. Kalah dan menang akan datang silih berganti. Ketika kalah sadarilah bahwa anda pernah menang sehingga anda tidak perlu putus asa dan rendah diri, ketika menang insyafilah bahwa suatu saat anda pernah kalah sehingga anda tidak usah menyombongkan diri dan tinggi hati.

Kekalahan yang dialami oleh seseorang dalam aspek apapun pada umumnya memang menyakitkan dan kadangkala sulit untuk diterima oleh orang tersebut dengan dada yang lapang. Tentulah anda dapat menjawabnya apabila mengalaminya sendiri. Karena secara fitrahnya manusia itu ingin menang dan tentu saja tidak mau kalah. Tapi Allah selalu menjadikan serba dua, ada kalah dan ada menang, ada malam dan ada siang, begitulah seterusnya.

Ketika mengalami kekalahan sebagian orang merasa malu, pahit, tertekan, bahkan kadangkala dia menganggap itu adalah sesuatu yang salah. Tetapi tentu saja tidak demikian bagi orang yang mempunyai kekuatan mental yang kuat, kepercayaan diri yang tinggi dan terutama apakah ia mempunyai iman atau tidak. Orang yang seperti ini tidak mengenal kata menyerah dan putus asa, dia bertekad bahwa suatu saat dia akan mampu menjadi pemenang yang sesungguhnya karena dia beranggapan ”kekalahan adalah kemenangan yang tertunda”. Tapi sebagian lagi berusaha tegar dan melupakan segala yang telah berlalu.

Dalam suatu pertandingan, perlombaan dan kompetisi apapun dalam kehidupan ini, kemenangan adalah dambaan setiap orang karena itu adalah suatu prestasi disamping ada yang menganggap itu adalah juga prestise. Tapi tentu saja tidak semua orang akan menang. Memang beruntung orang yang menang tapi bagi yang kalah tidak perlu berkecil hati. Saya adalah orang yang mengalami bagaimana merasakan suatu kekalahan, mengalami yang namanya pecundang, pada awalnya memang sangat berat menerimanya, merasa sedih, merasa terpukul. Tapi lama kelamaan saya berusaha menguatkan diri dengan satu cara yaitu ikhlas menerima kekalahan dalam suatu pertempuran.

Kekalahan saya dalam pertempuran bukan yang sesungguhnya layaknya bertempur berhadapan dengan musuh, tetapi bertempur untuk merebut suatu tempat ”terhormat” menjadi orang nomor satu di daerah saya. Boleh dikatakan suatu kompetisi merebut simpati masyarakat atau rakyat agar dipilih oleh rakyat sebagai pemimpin atau orang yang didahulukan selangkah ditinggikan seranting. Tapi kenyataannya bukan saya yang terpilih, tapi orang lain yang menjadi saingan saya yang menang. Itulah kenyataannya, memang pada awalnya berat menghadapi kekalahan tapi akhirnya saya sadar mungkin itulah yang terbaik yang ditakdirkan oleh Allah Swt. Mungkin dibalik itu ada suatu hikmah dan rahasia yang pasti hanya Allah yang tahu.

Belajar dari kekalahan tersebut saya juga akhirnya sadar dan yakin bahwa mungkin ada secuil ambisi dalam diri saya, meskipun saya mengakui bahwa bersedianya saya ikut dalam kompetisi tersebut adalah karena dukungan sebagian masyarakat. Tetapi saya baru paham sebagian dukungan yang saya terima hanyalah kepalsuan belaka. Dan seumur hidup, saya tidak akan lupa siapa yang mendukung saya dengan penuh kepalsuan, karena terbukti mereka tidak peduli dengan kekalahan yang saya derita bahkan jangankan melihat, memandang sebelah mata saja tidak ada lagi kepada saya, begitulah perumpamaannya. Tapi saya mencatat hanya ada satu orang pendukung yang begitu peduli dan memberikan kesabaran serta membesarkan hati saya, saya mengucapkan terimakasih kepada beliau. Begitulah oleh karena saya salah dalam membaca situasi dan kondisi sehingga mengakibatkan sesuatu yang tidak diharapkan.

Tapi walau bagaimanapun mulai saat itu saya bertekad cukuplah sekali dalam hidup saya berpartisipasi dalam hal tersebut di atas dan sejarah akan mencatat sampai ke anak cucu, itu adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Dan saya akan menjadikannya sebagai suatu pelajaran yang sangat berharga dalam hidup saya, meskipun kekalahan adalah kemenangan yang tertunda tapi saya sudah berketetapan hati bahwa itu sudah cukup. Karena pengabdian bukan hanya melalui jalan itu saja tapi banyak jalan lain dan banyak cara lain yang dapat kita tempuh dalam memberikan sedikit sumbangsih dan kepedulian kepada masyarakat, tapi bukan karena maksud-maksud lain tapi karena mengharapkan keridaan Allah Swt. Amin. (13/12/2012)

Minggu, 09 Desember 2012

Penodaan Agama Kasus Syiah dan Ilusi Ukhuwah 
 

 
Seminar persatuan di UMI Makasar
Senin, 10 Desember 2012 


Oleh: Kholili Hasib

KETIKA sukses menggulingkan Syah Reza Pahlevi pada tahun 1979, Ayatullah Khomeini membangun citra diri dan Iran di mata dunia Internasional dan Islam secara khusus. Vali Nasr -- cendekiawan muda keturunan Iran -- mengatakan, ambisi Khomeini bukan sekedar menjadikan dirinya pemimpin tertinggi Iran, atau pempimpin kaum Syiah di dunia, tapi juga memimpikan semua elemen dunia mengakuinya sebagai pemimpin tertinggi.
Wajar ia merancang strategi-strategi politis untuk diterapkan kepada umat Sunni seluruh dunia. Ketika berdiri di dalam orang Sunni, Khomeini memberikan kesan netral.  Ia menciptakan citra diri sebagai seorang pahlawan yang melawan hegemoni Barat. Wacana taqrib (pendekatan) dengan Ahlus Sunnah digaungkan. Namun persoalannya, ia menggunakan dengan cara yang salah. Tangannya berupaya menggandeng Sunni, tapi mulut tidak berhenti menista pembesar-pembesar sahabat. Sebuah upaya yang ilusif.
Ayatullah Khomeini, dan kaum Syiah Imamiyah, menciptakan wacana  politik belah bambu antara sahabat dan Ahlul Bait. Di satu sisi Ahlul Bait dijunjung tinggi sampai pada taraf tidak wajar, sementara para sahabat direndahkan, serendah-rendahnya. Pada sisi lain juga menciptakan wacana bahwa terjadi sengketa politik antara sahabat dan Ahlul Bait.
Khomeini menjatuhkan kredibilitas Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ustman bin Affan dengan beragam tuduhan palsu. Dalam Kasyfu al-Asrar, Khomeini menuduh mereka melanggar perintah Allah swt, “Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar (Syaikhoni) melanggar al-Qur’an, bermain-main hukum Tuhan, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang haram, keduanya dzalim terhadap Fatimah binti Rasulillah saw” (hal. 126).
Khalifah kedua, Umar bin Khattab, r.a, dituduh meragukan kenabian Nabi Muhammad saw, dan dan menentang firman al-Qur’an. Usman bin Affan, Khalifah ketiga, bersama sejumlah besar sahabat dianggap pernah melarikan diri dari perang Uhud. Ketakutan diserang kaum kafir Qurasy. Para sahabat dalam beberapa persoalan dituduh tidak taat bahkan menentang perintah Rasulullah saw (Kasyfu al-Asrar, hal. 135).
Kedua Khalifah, Abu Bakar dan Umar,  dipandang sebagai orang munafik. Ia mengatakan, “Keislaman syaihoni (Abu Bakar dan Umar), hanyalah bersifat lahiriah saja, bukan timbul dari hatinya. Mereka hanya mengharapkan kekuasaan dan pemerintahan belaka”.
Khomeini menyimpulkan bahwa para sahabat, termasuk pembesar-pembesarnya adalah orang bodoh, dungu dan penentang syariat. Ia mengatakan, “Dan sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang bodoh, dungu, berdosa, tidak pantas menduduki posisi pemimpin” (Kasyfu al-Asrar, hal. 127).
Ustman dituduh tidak segan merevisi al-Qur’an apabila terdapat ayat-ayat yang bertentangan dengan tujuan politis yang hendak dicapai. Ustman adalah penjahat, seperti jahatnya Muawiyah dan Yazid yang membunuh Husein bin Ali.
Sementara itu, sengketa antara Ali bin Abi Thalib beserta keturunannya dengan para sahabat sesungguhnya tidak pernah terjadi. Banyak keturunannya yang bernama Abu Bakar dan Umar. Anak Husein bin Ali juga ada yang bernama Abu Bakar dan Umar. Husein bin Ali pernah mengatakan bahwa mencintai Abu Bakar dan Umar bukan semata-mata sunnah, tetapi wajib hukumnya.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Saya sudah lihat sendiri sahabat-sahabat Rasulullah saw. Tidak seorangpun dari kalian yang dapat menyamai mereka. Mereka siang hari banyak berdiri ruku’ dan sujud (menyembah Allah swt), silih berganti, tampak kegesitan di dahi dan wajah-wajah mereka, seolah-olah mereka berpijak di atas bara bila mereka ingat akan hari pembalasan (akhirat) di antara kedua mata mereka tampak bekas sujud mereka yang lama, bila mereka ingat akan Allah, berlinang air mata mereka sampai membasahi baju mereka, mereka condong bagaikan condongnya pohon dihembus angin lembut karena takut siksa Allah, serta mengharapkan pahala atau ganjaran dari Allah”.
Keturunan Ali, Ja’far al-Shadiq, memulyakan para sahabat. Ia pernah mengatakan: “Abu Bakar adalah kakekku. Jika aku tidak mengangkat Abu Bakar dan Umar sebagai pemimpin dan tidak berlepas dari musuh keduanya, maka kelak di hari kiamat aku tidak mendapatkan syafaat Nabi Muhammad saw”.
Ja’far al-Shadiq memiliki silsilah yang bersambung kepada Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar al-Shiddiq. Dari garis ayahnya, beliau merupakan keturunan Rasulullah saw, sedangkan dari garis ibunya, beliau keturunan Abu Bakar al-Shiddiq. Ibu beliau adalah Farwah binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar al-Shiddiq.
Jadi isu sengketa tidak ada sama sekali dalam sejarah sahabat dan Ahlul Bait beserta keturunannya.
Dengan semikian, seruan ukhuwah dari Khomeini adalah ilusi, tidak akan pernah terjadi. Sebab, buku-buku Khomeini yang memuat penodaan para sahabat masih menjadi rujukan Syiah sekarang. Kitab mereka dibaca Syiah Indonesia. Menjadi buku bacaan wajib bagi kader Syiah.
Syiah selalu membuat persoalan umat. Di Suriah, rakyat yang mayoritas Sunni dibantai oleh rezin Bashar al-Asad yang berpaham Syiah Nusairiyah. Di Yaman, beberapa waktu lalu, Syiah yang mayoritas menyerang sebuah pesantren dengan senjata api. Mengakibatkan sejumlah korban meninggal dunia.
Pada Perang Salib, seorang pejabat Dinasti Fatimiyah (berpaham Syiah Ismailiyah) pernah bersekongkol dengan raja Salib untuk menghadang pasukan Nuruddin Zanki. Sehingga mengakibatkan kegagalan Zanki membebaskan Halab (Aleppo) serta mengakibatkan ribuan pasukan muslim meninggal.
Di Indonesia, sudah beberapa kali, ditemukan penodaan sahabat nabi yang berujung bentrok. Seperti di Sampang, Jember, Pasuran dan Bondowoso.
MUI Jawa Timur pernah mengingatkan bahwa jika Syiah bangkit, NKRI terancam. Peringatan ini masuk akal. Sebab, doktrin Syiah mengharuskan ketaatan kepada imamah secara mutlak. Dan penegakan imamah adalah wajib dalam pemerintahan. Kaum Syiah Indonesia lebih taat kepada Iran daripada pemerintahan NKRI. Tahun 1979, Khomeini menyerukan, agar seluruh kader Syiah di dunia Islam mengadakan revolusi, seperti revolusi di Iran.
Karena itu, kampanye ukhuwah Sunnah-Syiah selama ini adalah ilusi. Yang tujuan besarnya tidak lain adalah syiahisasi. Harusnya, penodaan terhadap sahabat ini dimeja hijaukan. Di Indonesia telah memiliki hukum bagi penoda agama yaitu PNPS tahun 1965. Bukti-bukti juga tidak dapat ditutup-tutupi. Jika, menodai presiden saja kena pasal subversif, maka harusnya penoda kesucian agama juga dapat diseret ke pengadilan. Demi menjaga ketentraman NKRI.*
Penulis adalah alumnus Pascasarjana ISID, Peneliti InPAS Surabaya

Sabtu, 08 Desember 2012


Tahukah Anda, Siapa itu Dracula? Sang Pembantai


Eramuslim. Redaksi 1 – Kamis, 22 Muharram 1434 H / 6 Desember 2012 08:09 WIB
 
 
Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk manipulasi sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian dihasilkan  seolah-olah menjadi tokoh yang nyata oleh Barat, tetapi Dracula merupakan keterbalikannya, tokoh fakta dijadikan fiksi.
Diawali dari novel  karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, kemudian tokoh ini mulai difilmkan seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoor of of Dracula (1958), Nosferatu (1922) yang dibuat ulang pada tahun 1979 dan film-film dracula yang lain yang dikemas dalam bentuk yang lebih moden seperti Twilight.
Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna , kisah Dracula   sebenarnya merupakan pembesar Wallachia , berketurunan Vlad Dracul.
Dalam uraian Hyphatia tersebut, kisah Dracula tidak boleh diceritakan  paska Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ustmaniyah sebagai wakil Islam, dan Kerajaan Hungary sebagai wakil Kristen.
Keduanya tersebut berusaha menguasai dan merebutkan wilayah-wilayah baik  Eropa maupun di Asia . Puncak  peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel, yaitu ketika benteng Kristian ada di  tangan kekuasaan khilafah Ustmaniyah.
Dalam peristiwa Perang Salib,  Dracula merupakan salah seorang panglima tentera Salib. Dalam perang inilah Dracula banyak melakukan pembunuhan terhadap umat Islam. Hyphatia memaparkan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 jiwa umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara yang  sangat biadab dan kejam, yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula.
Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang itu ditusuk dubur dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya ditajamkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dimasukan sehingga kayu sula tersebut menembus hingga perut, kerongkongan hingga menembus kepala melalui mulut.
Hyphatia mengatakan dalam bukunya :
“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulakan. Para prajurit melakukan perintah tersebut  seolah seperti robot yang telah dipogram. Penyulaan disulami dengan teriakan kesakitan dan jeritan penderitaan yang segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam pada saat itu sedang dijemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”
Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban kekejaman penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis  kerana mereka   kesakitan yang amat apabila hujung kayu menembus perut kecilnya. Tubuh-tubuh korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajalnya.”
Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi kerana dua sebab. Pertama, pembunuhan beramai – ramai yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak boleh dihapuskan dari Perang Salib.



Negara – negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi tunggak utama tentera Salib, tidak mau tercoreng wajahnya. Mereka termasuk yang mengutuk dan menentang pembunuhan beramai – ramai oleh Hilter dan Pol Pot, tidak ingin membuka aib mereka sendiri. Dan ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin tampil seperti pahlawan.
Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Walau bagaimana pun kejamnya Dracula, nama baiknya akan selalu dilindungi. Sehingga di Rumania saat ini, Dracula masih dianggap pahlawan. Sebagaimana sebahagian besar sejarah pahlawan – pahlawan pasti akan diambil sebagai superhero dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.
Untuk menutup kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula.  Mereka berusaha agar sejarah  jati diri  Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui bahwa usaha Barat untuk mengubah sejarah Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil.



Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat, khususnya umat Islam sendiri yang tidak mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula.  Masyarakat umum hanya mengetahui bahwa Dracula adalah merupakan lagenda vampire yang kehausan darah, tanpa mengetahui kisah sebenarnya.
Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah diketahui umum  bahawa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak boleh dilepaskan dari dua benda, yaitu bawang putih dan salib.
Konon hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan  dikalahkan. Menurut Hyphatia penggunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus jejak sejarah pahlawan mujahid-mujahid Islam dalam perang salib,  sekaligus untuk menunjukkan kehebatan mereka.
Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II) dan juga dikenali sebagai Al- Fateh dalam sejarah Islam.  Sultan ini merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula, ia adalah seorang yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun barat berusaha memutarbalikkan fakta ini.
Mereka berusaha menciptakan cerita sejarah agar merekalah yang terlihat mengalahkan Dracula. Maka diciptakan sebuah fiksi bahwa Dracula hanya boleh dikalahkan oleh salib. Tujuannya adalah ingin menghilangkan peranan Sultan Mahmud II sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling hebat, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. (DYP)