Jumat, 14 Oktober 2016

Merayakan Ulang Tahun



Oleh: Zulfadli Aminuddin

            Merayakan ulang tahun sejak dahulu sudah menjadi tradisi sebagian kalangan. Bahkan sudah menjadi kebiasaan yang wajib untuk dilaksanakan. Apa sih manfaat yang dapat diperoleh dari merayakan ulang tahun?. Kalau kita jujur maka akan diperoleh jawaban bahwa merayakan ulang tahun secara umum nyaris tidak ada manfaatnya. Bahkan cenderung kepada kegiatan foya-foya yang menghabiskan dana untuk yang sifatnya hiburan semata.

            Bagi orang yang berduit tidak jarang memanfaatkan ulang tahun dengan mengadakan pesta meriah yang menghabiskan biaya yang tidak sedikit, mengundang teman, kolega dan sebagainya. Untuk yang berbisnis mungkin ada juga untungnya sebagai ajang promosi terhadap relasi, bisa jadi sebagai sarana silaturrahmi, tapi bukankah masih banyak cara lain yang dapat dilakukan dengan tidak hanya ketemu sekali dalam setahun.

            Bagaimana dengan orang yang tidak berduit yang untuk makan sehari-hari saja susah, tentu mereka tidak akan mungkin mengadakan acara ulang tahun yang paling sederhana sekalipun. Tentu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan sebagian orang kaya yang berlimpah materi, mereka menghamburkan uang hanya untuk sekedar pesta ulang tahun.

            Sebetulnya apabila kita pahami benar bahwa makna ulang tahun adalah agar kita introspeksi diri, terhadap apa saja yang telah kita kerjakan selama satu tahun berlalu. Apakah yang kita lakukan sudah baik atau belum, kalau belum tentu kita berusaha untuk lebih baik lagi. Kita tidak luput dari dosa dan kesalahan, tentu kita bertaubat atas dosa dan kesalahan kita yang telah berlalu. Apabila sudah banyak kebaikan kita maka kita berusaha untuk menambahnya lagi.

            Rasulullah Saw sebagai suri tauladan bagi kita, yang sifat dan tingkah laku beliau patut kita contoh, seluruh peri kehidupan beliau patut kita tauladani. Seluruh ajaran yang beliau tinggalkan wajib kita ikuti dan taati. Kalau lah ada manfaat dari perayaan ulang tahun sudah pasti beliau telah melakukannya dan kita pasti akan menirunya. Tapi ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi, karena beliau tidak pernah merayakan ulang tahun.

            Lalu darimana asal muasal tradisi merayakan ulang tahun, ternyata tradisi ini adalah warisan dari orang-orang Nasrani yang jelas orang non Islam. Kita tidak tahu mungkin saja asalnya adalah ritual tertentu bagi mereka dan ini yang kita tiru.
 
Menurut sejarah pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum hawariyyun / pengikut nabi Isa pertama yang ta'at) mereka tidak merayakan Upacara UlangTahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme. Pada masa Herodeslah acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6.

Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, ditengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes. [Injil Matius14 : 6]

Dalam Injil Markus 6:21 disebutkan : Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. [Injil Markus 6:21]

Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)

Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari Ultahnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini. Sedangkan kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Adapun tradisi Ulang Tahun ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganism, maka Rasulullah memerintahkan untuk menyelisihinya. Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ini ? dan apakah 3 generasi terbaik dalam Islam melakukan ritual paganisme ini ?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencela seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.” [Muttafaq ‘alaih]

Rasulullah pernah bersabda: "Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para sahabat bertanya,"Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "(ya) Siapa lagi jika bukan mereka?!".

Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." [HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar]

Allah berfirman; Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. [QS. Al Baqarah : 120]

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’:36)

"... dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." [QS. an-Nuur: 15]

Janganlah kita ikut-ikutan, karena tidak mengerti tentang sesuatu perkara. Latah ikut-ikutan merayakan Ulang Tahun, tanpa mengerti darimana asal perayaan tersebut.

            Tidak apa-apa kalau kita sekedar mengucapkan selamat ulang tahun kepada sahabat-sahabat kita, begitu pula sebaliknya tapi harus diiringi doa kebaikan untuk teman kita tersebut. Bagaimana disaat hari ulang tahun anda, teman anda ingin ditraktir misalnya, boleh saja bila anda memiliki ekonomi yang cukup. Tapi bagaimana pula bila teman anda yang yang tidak mampu, tentu kasihan bukan, apabila teman anda itu dituntut pula seperti itu. Adalah lebih baik yang kita ucapkan itu dibarengi dengan doa  yang tujuannya agar umur yang tersisa lebih berkah untuk melaksanakan amal ibadah yang lebih berkualitas dan berkuantitas.

            Mungkin ada yang bertanya, kenapa dengan Perayaan Maulid Nabi bukankah itu juga toh sama dengan  merayakan ulang tahun?. Perayaan Maulid Nabi dilaksanakan jauh setelah Nabi wafat. Kenapa hal ini dilakukan, karena satu sebab utama yaitu membangkitkan semangat keberagamaan umat pada waktu itu. Terutama semangat jihad di kalangan kaum Muslimin dalam berperang dengan musuh. Hal ini sah-sah saja, karena hanya dengan mengenang kembali kehidupan Rasulullah maka akan timbul kecintaan terhadap Baginda Rasul, dan secara otomatis tumbuh semangat rela berkorban membela kepentingan ummat.

Kita bisa mengambil contoh lain misalnya Perayaan hari Ulang Tahun Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, atau ”Independent Day”. Apa maknanya, yaitu semangat rela berkorban para pejuang bangsa para pahlawan yang mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan. Semangat juang para pahlawan inilah yang perlu kita kenang dan kita warisi dalam mengisi kemerdekaan yang telah kita peroleh.

Kembali kepada merayakan ulang tahun, maka lebih baik kita merenung. Apa yang harus kita lakukan dalam mengisi jatah umur kita yang telah berkurang, memang usia kita bertambah tapi umur kita sudah pasti ada batasnya. Karena kematian itu pasti, Qullu nafsin zaaiqatul maut. Mungkin esok atau lusa kita tidak lagi akan menghirup udara dunia ini. Mempersiapkan bekal untuk hari esok adalah lebih utama. Kita harus bertaubat, kita harus minta ampun. Kita berharap dosa dan kesalahan kita diampuni  dan semoga amal ibadah yang kita lakukan bernilai disisi Allah Swt.

Selasa, 04 Oktober 2016

IRMAN GUSMAN DAN KASUS SUAP




Oleh: Zulfadli Aminuddin

Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh berita kasus suap yang menimpa Ketua DPD RI Irman Gusman yang ditangkap oleh KPK dalam OTT (Operasi Tangkap Tangan) di rumah dinasnya. Bukan bermaksud membela, saya sejak semula tidak percaya bahwa Irman Gusman benar diduga menerima suap yang katanya berkaitan dengan Impor Gula sebagaimana pernyataan yang disampaikan KPK.

Hal ini sangat beralasan karena ada indikasi kejanggalan dan keanehan dalam penegakan hukum yang diperankan khususnya oleh KPK. Kita sangat setuju bahwa korupsi memang harus diberantas sampai ke akar-akarnya, dan koruptor yang terbukti bersalah dihukum seberat-beratnya. Tapi sekali lagi katakanlah ada persoalan krusial pada proses penegakan hukumnya. Sebab bukan rahasia lagi beberapa kasus sebelumnya justru menunjukkan KPK hanya bernyali kepada kasus-kasus korupsi skala kecil padahal kasus korupsi yang miliaran bahkan triliunan rupiah terkesan mengendap begitu saja. Bahkan KPK terkesan kikuk apabila kasus korupsi membayangi keterlibatan penguasa, inilah yang selalu ditutup-tutupi selama ini.

Apalagi barang bukti suap hanya sebanyak Rp.100 juta, sehingga mengundang banyak tanda tanya yang spekulatif. Kok hanya seratus juta, dan beritanya di blow up secara besar-besaran di media massa. Apakah ada alasan politis dalam kasus ini?, apakah sengaja dibuat suatu jebakan?, katanya dulu KPK mengatakan bahwa seratus juta itu tidak dapat disebut korupsi tapi yang korupsi itu diatas satu milyar?. Disamping itu apakah tidak mungkin peristiwa ini sengaja diskenario untuk membunuh karakter seseorang tokoh yang sedang naik daun dan sedang menjabat sebagai Ketua DPD RI. Sederet pertanyaan itu kiranya tidak perlu jawaban karena saya yakin semua sudah maklum.

Namun dari semua itu yang paling menyesakkan dada dan tidak adanya ketidakadilan adalah upaya pembunuhan karakter seorang Irman Gusman, padahal dalam hukum walau bagaimanapun keadaan seseorang itu ditangkap harus dianggap sebagai ”Diduga” atau ”Terduga”, jangan senantiasa kita serta merta men cap, menuduh dia seorang koruptor dan kalimat sejenisnya, sebelum adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Bahkan banyak yang ikut-ikutan latah dengan memblow up di media-media sosial seolah-olah Irman Gusman seorang yang pasti bersalah, bejat, korup dan bla bla bla... Apakah mereka tidak sadar apabila kasus semacam ini menimpa kerabat dan keluarga dekat mereka, pasti mereka diam seribu bahasa.

Saya tidak kenal dan tidak mempunyai hubungan kerabat dengan Pak Irman Gusman dan tidak punya kepentingan apapun dengan kasus ini, kalau sama-sama orang minang memang ia, tapi rasanya nurani saya terusik atas perlakuan yang ditimpakan kepadanya. Bagaimana apabila kasus ini dialami oleh saudara kandung kita misalnya, apa jadinya bila kita mengabaikan ”asas praduga tidak bersalah”. Tapi melihat rekam jejak, kredibilitas dan ketokohannya selama ini kok saya justru tidak yakin Irman Gusman menerima suap sebagaimana berita OTT tersebut. Sebodoh itukah selaku Ketua Lembaga Tinggi Negara mempertaruhkan jabatan dalam kasus yang nominalnya untuk ukuran nasional sangat kecil itu?. Apalagi mempengaruhi kebijakan Bulog dalam hal impor gula?

Sekarang yang harus dipahami adalah bahwa zaman sekarang serba terbalik, penuh dengan fitnah, kebohongan dan rekayasa. Harus hati-hati menyikapi suatu berita atau peristiwa. Bisa saja yang baik dianggap jahat dan yang jahat justru dianggap baik, yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar. Dan yang perlu digarisbawahi adalah tidak perlu percaya sepenuhnya kepada penegakan hukum. Hukum dalam teksnya baik tapi dalam pelaksanaannya belum tentu baik. Sebab hukum di negara kita bukanlah panglima, tetapi dia masih tunduk kepada politik busuk dan kekuasaan yang semena-mena. Kiranya Rechstaat entah kemana hilang lenyapnya.

Dan satu lagi yang sudah sangat parah bobroknya adalah hukum tegas dan keras kepada yang lemah tetapi lembek dan loyo kepada yang kuat ekonominya, apalagi yang kuat itu sedang berkuasa atau dekat dengan yang berkuasa. Hukum bisa dibeli?, ah sudahlah. Saluang sajalah yang menyampaikan. Nauzubillah min zaalik.

GALERY FOTO

Foto sehabis acara Baralek Datuak dan Peresmian LMD tahun 1980



























Istirahat setelah goro Khatam Quran Padang Cantiang

Add caption



A. Dt Bagindo Basa di gedung kantor Wali Nagari lama

Suasana Batagak Pangulu tahun 1996









Batang Katapiang Rabah  sekitar tahun 1981



Gubernur Azwar Anas disaksikan H Hashuda Dt Majo Nan Tuo pada Peresmian LMD dan Batagak Pangulu 1980

Bupati Agam Indra Catri mengunjungi musibah kebakaran di MTI Kapau



Dua sekawan Rasjidin Kari Bagindo dan Dewan Dt Marajo

Mendoa setelah batagak kudo-kudo Balai Adat Kapau


Dt. Mangkudun















Penampilan Grup Drumband MTI Kapau








Goro mencor lantai dua gedung MTI Kapau





Penyerahan Cendera Mata kepada Gubernur Azwar Anas oleh Wali Nagari Kapau 1980

Panorama Tabek Patah

Suasana Alek Batagak Pangulu Dt Pangulu Kayo 1996


Anggota DPRD Agam dan Mantan Anggota DPRD A Dt Bagindo Basa dan Daradjad Daud

Lokalatih Wali Nagari, Anggota BPRN dan Perangkat Nagari se Kecamatan di Hotel Bukittinggi View th 2002




HDS Mangkuto mendengarkan keterangan A Dt Bagindo Basa

Pusara Rasjidin Kari Bagindo ( Inyiak Katik ) dan Aminuddin Dt Bagindo Basa di depan MTI




Pak Malin Ameh dan Dt Bagindo Basa

Jalan Santai 1990

Pak Jamaluddin di Malaysia




Khatam Quran di Padang Cantiang

























Pelantikan A Dt Bagindo Basa sebagai Wali Nagari Kapau 1975




Alumni MTI Kapau 1992






Raker Wali Nagari se Sumatera Barat dengan Gubernur Harun Zain



Menonton Acara Sandiwara di SD Cingkariang 1979








Ustadz Marva Edison dalam rangka Halal bi Halal 2013


Tamu dari Jepang


Pengolahan Tempe di Koto Panjang

Acara di TK Aisyiah Cingkaring

Wali Nagari beserta Staf dan Tamu 1977