Minggu, 25 November 2012

Nasi Kapau Bertahan dengan Rasa




Senin, 26 November 2012 03:21
“Duduaklah pak, buk, a sambano pak, buk,”sapa seorang pelayan dengan ramah kepada sepasang suami istri yang memasuki rumah makan nasi kapau Uni Lis di Pasar Atas Bukittinggi Sabtu (24/11) siang.
”Jo tunjanglah, tu tambunsu ciek” jawab bapak itu sembari mengamati deretan baskom berisi aneka sambal dan gulai pada etalase bertingkat.
Lalu dengan sigap, menggunakan sanduak bertangkai panjang si pelayan menyiapkan pesanan pengunjung. Sepasang suami istri itupun makan dengan lahapnya, tak lama berselang mereka meminta tambah, “tambuah duo, agiah kuah cancang stek” pesan mereka.
Memang pengunjung yang ma­kan di rumah makan nasi kapau jarang yang tidak batambuah karena rasa masakannya enak dan merangsang selera makan.
Cita rasa nasi kapau yang enak itu bukan saja sesuai bagi selera orang awak Minang, tetapi juga oleh selera orang dari berbagai etnis di tanah air dan negara jiran.
“Orang dari luar, termasuk para pejabat tinggi dari Jakarta kalau ke Bukittinggi sering mampir ke sini, mereka kalau makan juga batambuah” kata Uni Lis pengu­saha rumah makan itu.
“Bagi kami orang Kapau yang berjualan nasi, mempertahankan rasa masakan sesuai dengan as­linya merupakan kewajiban dan prio­ritas, disamping mem­perta­han­kan ciri khas penyajian” ulas Uni Lis yang mengaku telah berjua­lan nasi kapau bersama orang tuanya sejak awal tahun1970 di Bukittinggi.
Kala itu, sebelum Pasar Atas terbakar penjual nasi kapau di Kota Bukittinggi baru 7 orang, mereka berjualan di Pasar Lereng. Kemu­dian seiring dengan perkembangan kota jumlah penjual nasi kapau terus bertambah, kini jumlahnya telah mencapai puluhan orang, tersebar di berbagai tempat dalam Kota Jam Gadang itu, namun pusat “kerajaan” nasi kapau tetap di Pasar Lereng. Sementara  pada kota-kota lain di tanah air bahkan di Malaysia dan Brunei penjual nasi kapau  juga semakin banyak.
Masakan khas nasi kapau yang digemari banyak orang itu antara lain, gulai tunjang, pangek ikan, dendeng, tambunsu atau usus sapi yang di dalamnya diberi telor campur tahu, cancang, gajeboh, tidak ketinggalan gulai cubadak,kacang panjang, rabuang, kamumu, lobak serta kalio jariang.
Kuah gulai masakan kapau sedikit encer dan kurang santan, rendah kolesterol, selalu menggu­nakan bumbu kunyit dan cabe, sehingga warnanya kuning ke merah-merahan.
Kuah gulai merupakan salah satu ciri khas penyajian nasi kapau.  Biarpun pengungjung meme­san nasi dengan dendeng yang kering, nasi tetap dikuahi.
Disebutkan Uni Lis, pasar utama nasi kapau adalah pasar yang ada di kota Bukittinggi. Pada awalnya nasi kapau dijual di Los Lambuang depan Jam Gadang, kemudian  pada ruangan terbuka di Pasar Lereang.
Di Pasar Lereang itu orang kapau berjualan nasi di bawah payung besar yang memiliki tempat duduk sederhana, rak atau etalase bertingkat tempat baskom berisi aneka macam sambal dan gulai, sanduak panjang dan yang ber­jualan semuanya ibuk-ibuk. Kondisi demikian merupakan “trade mark-nya” nasi kapau.
Digunakannya rak bertingkat tempat memajang aneka samba bertujuan untuk menghemat rua­ngan yang sempit disamping untuk memudahkan pengunjung memilih samba yang disukainya, sedangkan sanduak bertangkai panjang ber­fung­si memudahkan pelayan me­ngam­bil sambal pesanan pegun­jung.
Tetapi kini payuang besar terbuat dari kayu dan atap kertas dibungkus plastik itu tidak ada lagi di Bukittinggi, penjual nasi  kapau berjualan sudah pada ruangan tertutup berupa los yang dibangun pemerintah kota seperti yang di Pasar Lereang, bahkan ada yang telah memiliki rumah makan sendiri berukuran besar seperti halnya rumah makan lain, hanya saja untuk membedakan di rumah makan itu ditulis “nasi kapau”.
Ciri pelayanan nasi kapau yang masih bertahan walaupun tempat­nya pada ruangan megah adalah, pelayannya selalu perempuan dan menyapa dengan ramah serta menanyai pengunjung terlebih dahulu megenai makanan yang akan dipesan, bukan pengunjung yang memesan makanan terlebih dahulu seperti halnya pada rumah makan biasa.
Cobalah masuk ke rumah ma­kan nasi kapau, barusan di pintu masuk Anda akan disapa pela­yannya dengan sapaan dalam logat khas rang Agam, “duduaklah pak, ibuk, uda, uni, a sambano pak, ibuk, uda, uni”.
Cuma yang menjadi masalah, kini banyak juga rumah makan atau warung nasi kapau palsu, dimana sipenjual maupun masakanya bukan dari kapau, dan standar masakannya berbeda dengan masa­kan kapau. Sedangkan di rumah makan itu dipajang juga tulisan “rumah makan nasi kapau”. Ken­dati demikian orang kapau tidak dapat berbuat apa-apa karena masakan kapau yang berciri khas itu belum dihakpatenkan.
Kapau salah satu nagari dari  3 nagari yang ada di kecamatan Tilatang Kamang Agam, terletak di sebelah utara pinggiran kota Bukittinggi, berpenduduk sekitar 3 ribu jiwa dengan mata pencarian utama bertani dan ibu-ibunya memiliki kepandaian memasak aneka jenis samba dan gulai. (Kasra Scorpi)

Jaminan Allah

Senin, 26 November 2012, 06:01 WIB

Jaminan Allah

Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

Aslinya, semua manusia berada dalam jaminan Allah. Allah menjamin benar rezeki semua hamba-Nya.

Bahkan kayak lumut, yang tidak bisa bergerak, Allah juga yang menanggung. Hewan seperti cecak ya tak bisa terbang, makanannya ya nyamuk yang terbang.

Namun, jaminan Allah itu akan dikurangi sedikit demi sedikit, hingga bahkan ada yang dicabut. Kalaulah tidak karena pertimbangan orang tuanya, istrinya, suaminya, anaknya, atau orang yang ikut dengannya, niscaya dia sama sekali nggak dapat rezeki dari Allah.

Misalnya, saudara yang hidupnya lurus, dijaga yang wajibnya, maka terasa sekali hidup ini terasa lancar-lancar saja. Ada ujian, itu memang pasti. Namanya juga hidup. Tapi ujian itu, banyak pertolongannya dari Allah.

Saudara yang sudah lurus hidupnya, yang sudah nggak doyan duit haram, lalu mau memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, akan terasa sekali rezeki itu akan bertambah. Baik jumlahnya maupun keberkahannya.

Seorang sopir taksi, misalnya. Di pagi hari dia melangkah dengan niat bismillah. Lalu diiringi dengan doa istri dan anak-anaknya, menarik taksi kira-kira 1-2 putaran, kemudian mampir ke masjid untuk dhuha, lalu berdoa. Setelah itu jalan lagi mencari penumpang.

Menjelang azan Zhuhur, dia ke masjid lagi untuk shalat berjamaah, ditambah dengan shalat sunnah qabliyah-bakdiyah, lalu berdoa. Sopir yang seperti ini, niscaya rezekinya akan melebihi apa yang dia duga. Insya Allah, keluarganya jarang sakit, anak istrinya sehat, tidurnya nyenyak, dan hidupnya mudah serta berkah.

Buat saudara-saudara semua, keluarga besar Republika yang saya cintai karena Allah, apabila yang wajibnya (shalat, puasa, dan zakat) sudah rapi, maka lakukanlah amalan yang sunnah. Insya Allah, jaminan dari Allah akan bertambah terus. Dan sebisa mungkin, jauhilah perbuatan dosa dan maksiat. Sebab, perbuatan dosa akan mengurangi jaminan dari Allah, dan suatu saat pasti akan dicabut.

Orang membeli handphone, gadget, peralatan elektronik, semuanya harus mengikuti peraturan yang ditetapkan toko atau pabrik jika mau ada jaminan atas barang yang dibeli. Jika tidak, maka jaminan pasti tidak akan berlaku. Contohnya, saudara merusak segelnya, maka toko biasanya akan menolak. Mengikuti peraturan, berarti berlaku juga aturan.

Banyak orang yang tidak mau mengikuti aturan Allah, namun hidupnya tetap menyenangkan bahkan rezekinya banyak. Dengan orang yang seperti ini, kita tak usah silau, iri, apalagi dengki.

Sebab, rezeki itu sudah diatur oleh Allah. Istilahnya, itulah yang disebut dengan istidraj. Bahasa gampangnya, orang yang seperti itu azabnya atau kerugiannya ditunda oleh Allah. Kita harus waspada dan takut akan hal seperti itu. Sebab, balasan Allah akan lebih berat di akhirat kelak.

Hidup ini mudah dan enteng. Jalanilah kewajiban sebagai seorang hamba. Jalankan perintah Allah, laksanakan ibadah wajib, perbanyak amalan sunnah, jauhi semua larangan-Nya, niscaya Allah akan memberikan jaminan yang lebih baik bagi saudara. Percayalah.






Lagu Untuk mu …Habib

Oh anakku Habib… Dengarlah
Lagu yang ayah dah karangi
Kukarang lagu mu hai anak
Sebagai sahabat ku kini

Oh anakku Habib… Juwita
Lagu mu kan jadi pelita
Penyuluh di gelap gulita
Pemandu ke puncak bahagia

Walaupun engkau dah kembali
Menyahut panggilan Ilahi
Lagu mu biarlah ganti
Di jiwa kami kan abadi

Biarpun kini kau telah pergi
Nama mu kan hidup di hati

26/11/2012 (60 hari Habib)

Sabtu, 24 November 2012

Penyerahan Bantuan Bank Indonesia Untuk MTI Kapau


Pada hari Sabtu tanggal 24 November 2012, dilaksanakan penyerahan bantuan secara simbolis kepada Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Kapau Kecamatan Tilatang Kamang. Penyerahan bantuan ini diserahkan secara langsung oleh Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah VIII, Bapak Joko Wardoyo, bertempat di ruangan pertemuan Hotel Rocky Bukittinggi.

Penyerahan bantuan ini diterima oleh Kepala MTI Kapau Bapak Drs. Marjohan, M.Pd. Bantuan yang diserahkan tersebut senilai Rp. 24 Juta (dua puluh empat juta rupiah) berupa pengadaan Mobiler. Di saat yang bersamaan juga diserahkan bantuan serupa kepada Pondok Pesantren Madinatul Munawarah Bukittinggi yang diterima oleh pimpinannya Bapak Drs. Syafii Maizan.

Bantuan yang diberikan ini adalah suatu program bantuan sosial dari Bank Indonesia yang dilaksanakan setiap tahun yang hanya khusus untuk pesantren dan madrasah swasta di Sumatera Barat. Dan untuk tahun 2012 ini yang berkesempatan menerimanya adalah Madrasah Tarbiyah Islamiyah Kapau dan Pontren Madinatul Munawarah Bukittinggi.

Jumat, 23 November 2012

Kunjungan Anggota DPR-RI ke MTI Kapau

Anggota DPR-RI dari daerah pemilihan Sumatera Barat II,  Ir. H. Mulyadi, sore kemaren tanggal 22 November 2012 berkunjung ke Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah MTI Kapau, guna melihat dari dekat bagaimana kondisi gedung dan sarana prasarananya. Berdasarkan keterangan pimpinan pondok Drs.Marjohan, M.Pd yang didampingi dua orang wakil yaitu Zaituni, S.Ag dan Dukman Khatib Bandaro,  menyatakan bahwa gedung MTI Kapau ini terletak di tanah wakaf, mulai dibangun tahun 1990 dan seluruh biaya pembangunannya berasal dari sumbangan serta wakaf masyarakat. Dan sampai saat ini masih ada beberapa bagian gedung yang belum selesai.

Disamping itu semenjak tiga tahun belakangan ini mengenai jumlah murid naik secara cukup signifikan. Untuk itu oleh karena pengelolaan pesantren ini oleh yayasan, maka yayasan selama ini telah bekerja semaksimal mungkin untuk melengkapi sarana maupun prasarana pesantren ini. Berbagai bantuan masih terus mengalir namun masih belum mencukupi.

Dalam kesempatan ini Bapak Ir. H. Mulyadi yang juga Wakil Ketua Komisi V DPR-RI, memberikan apresiasi dan tanggapan positif mengenai perkembangan MTI Kapau, beliau mengharapkan PP. MTI Kapau dapat berkembang di masa-masa yang akan datang dan bersaing secara sehat dengan lembaga pendidikan lainnya, terutama dalam ciri khas pesantren serta meningkatkan kualitas lulusannya. Selanjutnya beliau juga secara spontan memberikan bantuan sebanyak Rp. 20 juta, untuk dapat dipergunakan menyelesaikan beberapa bagian bangunan terutama loteng teras yang sampai saat ini belum selesai.

Senin, 19 November 2012

Kisah sepasang sandal

Subuh itu seperti biasa saya pergi ke masjid untuk shalat secara berjamaah. Hari itu adalah Jum'at, sebagaimana biasa di hari subuh Jum'at itu imam membaca surat sajadah. Kebetulan pagi itu saya yang menjadi imam.

Selesai shalat saya langsung beranjak pulang, tapi alangkah kagetnya ketika melihat sandal kesayangan saya sudah raib tidak ada di tempatnya lagi, apalagi sandal tersebut masih bagus. Padahal saya tahu persis dan ingat betul dimana sandal tersebut saya letakkan. Untuk memastikan saya lihat sekeliling ternyata tidak ada juga, bahkan tidak ada satu pun sandal yang tersisa, karena semua orang sudah pulang. Ah.. biar sajalah pikir saya, mungkin ada anak-anak yang iseng. Maka saya dengan santai seolah tanpa terjadi apa-apa terus berjalan pulang dengan kaki telanjang.

Esoknya saya memakai sandal usang yang masih layak pakai. Di hari yang kedua ketika akan pulang dari masjid tiba-tiba saya melihat sandal yang sama persis dengan sandal yang hilang tempo hari. Setelah saya periksa ternyata bukan, karena sandal saya punya tanda yang hanya saya sendiri yang tahu. Pada hari yang ketiga saya melihat sandal yang sama. Mudah-mudahan sandal yang hilang itu, pikir saya. Dan ternyata benar sama benar dengan sandal saya yang hilang, akhirnya sandal saya yang hilang ketemu lagi. Ini adalah kejadian yang kedua saya alami, sedangkan yang pertama tak pernah ketemu lagi. Alhamdulillah..., mungkin saja sandal ini masih sayang sama tuannya.

Maka sejak saat itu saya tidak lagi memakai sandal itu  ke masjid, karena tidak ingin memberi kesempatan bagi orang lain berbuat yang tidak baik. Dan semoga saja ceramah ustadz tidak diplesetkan; ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk. Tapi yang saya alami toh tidak ada sandal buruk yang ditinggalkan setelah yang bagus diambil, apakah dia jalan dengan kaki ayam? Wallahu a'lam.

Minggu, 18 November 2012

Susunan Panghulu di Nagari Kapau


Hikmah mengapa daging anjing diharamkan


Saif Al Battar
Ahad, 1 Juli 2012 01:09:51
(Arrahmah.com) - Setiap yang Allah perintahkan atau larang pasti terdapat hikmah atasnya. Jika Allah mengharamkan sesuatu pasti terdapat keburukan di dalamnya, jika Allah menghalalkan sesuatu pasti ada kebaikan di dalamnya untuk kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Kali ini, kita akan membahas mengapa daging anjing diharamkan? adakah sebab ilmiah yang dapat kita ketahui? Berikut penjelasannya.
Prof. Thabârah dalam kitab Rûh ad-Dîn al-Islâmi menyatakan, "Di antara hukum Islam bagi perlindungan badan adalah penetapan najisnya anjing. Ini adalah mu'jizat ilmiyah yang dimiliki Islam yang mendahului kedokteran modern. Kedokteran modern menetapkan bahwa anjing menyebarkan banyak penyakit kepada manusia, karena anjing mengandung cacing pita yang menularkannya kepada manusia dan menjadi sebab manusia terjangkit penyakit yang berbahaya, bisa sampai mematikan. Sudah ditetapkan bahwa seluruh anjing tidak lepas dari cacing pita sehingga wajib menjauhkannya dari semua yang berhubungan dengan makanan dan minuman manusia. [Taudhîhul-Ahkam, Syaikh Ali Bassâm, 1/137].
Benarlah sabda Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِ كُم فَلْيُرِقْهُ ثُمَّ لِيَغْسِلْهُ سَبْعَ مِرَارٍ
Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka tumpahkanlah, lalu cucilah 7 kali. [HR al-Bukhâri no 418, Muslim no. 422.]
Dalam riwayat lain:
طَهُروْرُ إِنَاَءِ أَحَدِكُمْ إذَا وَلَغَ فِيْهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ اُوْلاَهُنَّ بِالتُّرَابِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Sucinya bejana kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali, salah satunya dengan tanah" [HR Muslim no. 420 dan Ahmad 2/427]
مَنِ اقْتَنَى كَمبًا إِلاَّ كَلْبَ مَا شِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمِ قِيْرَاطُ
Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qirâth (satu qirâth adalah sebesar gunung Uhud)." [HR. Muslim no. 2941].
Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :
أَيُّمَا أَهلِ دَارٍ اتَّخَذُواكَلْبُا إِلاَّ كَلْب مَا شِيَةٍ أَوْ كَلبَ صَا ئِدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ قِيْرَاطَانِ
Penghuni rumah mana saja yang memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak atau anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak dua qirâth.[HR. Muslim no. 2945].
Demikian juga Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيْرَاطُ إِلاَّ كَلْبَ حَرْثٍ اَوْ مَا شِيَةٍ
Barangsiapa memelihara anjing, maka amalan shalehnya akan berkurang setiap harinya sebesar satu qirâth, selain anjing untuk menjaga tanaman atau hewan ternak. [HR Muslim no. 2949].
Dari Abu Mas'ûd Radhiyallahu 'anhu beliau berkata:
أَنَّ رَسُو لَاللَّهِ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَمَهْرِ الْبَغِيِّ وَحُلوَانِ الْكَا هِنِ
Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing, mahar (hasil) pelacur, dan upah dukun. [Diriwayatkan oleh Imam, Ahmad 4/118-119, 120, al-Bukhâri 7/28 dan Muslim no. 1567.]
Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang berbunyi, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
كُلُّ ذِينَابٍ مِنْ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامُ
Semua yang memiliki gigi taring dari hewan buas maka memakannya haram. [HR Muslim 1933]
Meskipun demikian, bukan berarti apa yang Allah ciptakan adalah sia-sia atau tidak ada manfaatnya. Karena Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang haq (benar), dan Allah hendak menguji dari hamba-hambaNya siapa yang terbaik perbuatannya, dan Allah menguji siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang masih ragu-ragu.
Lalu apa manfaat anjing? binatang yang satu ini dapat dimanfaatkan untuk menjaga hewan ternak atau juga bisa dijadikan hewan pemburu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنِ اقْتَنَى كَلْبًا إِلاَّ كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ نَقَصَ مِنْ عَمَلِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ
"Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk menjaga binatang ternak dan anjing untuk berburu, maka amalannya berkurang setiap harinya sebanyak satu qiroth (satu qiroth adalah sebesar gunung uhud)." [HR. Muslim]. 'Abdullah mengatakan bahwa Abu Hurairah juga mengatakan, "Atau anjing untuk menjaga tanaman."
Jadi anjing dapat dimanfaatkan untuk menjaga binatang ternak dan khusus untuk berburu setelah dilatih terlebih dahulu. "Jika kamu melepas anjingmu, maka sebutlah asma' Allah atasnya (Bissmillah), maka jika anjing itu menangkap untuk kamu dan kamu dapati dia masih hidup, maka sembelihlah." [HR. Bukhari dan Muslim]
*Keterangan foto: Cacing-cacing pita kotor nan mematikan di celah daging anjing
Wallahu a'lam bishshawab

Sabtu, 17 November 2012

Habib anak surga


Tidak terasa sudah lebih 40 hari berpulangnya anak kami Habib ke pangkuan Ilahi Rabbi. Habib... teringat kembali akan diri mu semasa hidup yang sedang lucu-lucunya. Terbayang kembali di hari ketika kau pergi, hari yang membahagiakan sekaligus hari yang menyedihkan. Betapa tidak, tepat di hari ulang tahun pernikahan ayah dan ibu yang ke sepuluh, engkau tiba-tiba meninggalkan dunia yang fana menemui Tuhan mu di surga, dalam usia yang sangat singkat, tiga belas bulan lima belas hari. Habib... anakku, berbahagialah dikau di sana dengan pengasuh mu

Selasa, 06 November 2012

PERANG PADERI




PENDIRIAN GERAKAN PADERI

Daerah Minangkabau agak kemudian memeluk agama Islam, namun dengan keyakinan yang teguh. Akan tetapi dalam beberapa hal umpama dalam hukum ibu (matriarchaat), dalam aturan mamak-kemenakan dan dalam urusan perkawinan orang Minangkabau masih memakai adat daripada memakai aturan-aturan agama. Terhadap kepada kelalaian akan aturan agama Islam itulah suatu golongan orang Islam yang disebut kaum Paderi, bertindak; pada mulanya dengan perkataan  namun kemudian dengan kekerasan pula. Demikianlah mereka membunuh raja-raja Minangkabau dulu dalam suatu pertemuan di Koto Tangah.

Adapun asal mula berdirinya golongan Paderi itu, ialah ketika tiga orang haji , yakni Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang setelah kembali dari Mekah menyebarkan pengajaran-pengajaran kaum Wahabi yang mereka saksikan di Mekah.

Terutama hal-hal yang bertentangan dengan pengajaran agama hendak mereka berantas, misalnya kegemaran minum tuak, mengisap candu, berjudi, menyabung ayam, merokok, memotong gigi dan sebagainya. Kaum wanita harus memakai selubung (kain penutup kepala), sedangkan yang laki-laki harus memelihara dan memanjangkan janggutnya, namun kepalanya harus dicukur gundul dan kemudian memakai serban. Pakaian mereka harus putih, maka kaum Paderi (demikian nama yang diberikan kepada kaum yang didirikan oleh Haji Miskin cs) itu biasa disebut Orang Putih.

Keinginan kaum Paderi itu masih lanjut, yakni pada hakekatnya mereka ingin melenyapkan adat dan menggantinya dengan aturan-aturan agama.

Adat yang teguh dipegang di Minangkabau ialah adat matriarchaat (hukum ibu), dalam mana ditentukan anak perempuan sebagai ahli waris, demikian juga bila anak perempuan itu kawin, ia tidak meninggalkan keluarganya, tetapi sebaliknya lakinya itu yang meninggalkan keluarganya untuk menetap pada keluarga isterinya. Adat lain yang dipegang teguh pula, ialah adat anak kemanakan : saudara isteri yang laki-laki, yang paling tualah yang mengurus harta benda dan hal ihwal keluarga sehingga perhubungan dengan kemanakan lebih erat daripada perhubungan dengan anaknya sendiri. Kemenakannya itu yang menggantinya pada jabatan-jabatan dalam masyarakat. Kedua adat itulah yang ingin dilenyapkan oleh kaum Paderi, supaya dapat digantinya dengan peraturan agama yang sesungguhnya.

PERMULAAN PERANG PADERI

Pada mulanya pembaharuan-pembaharuan itu dijalankan dengan secara damai, namun kemudian ditempuh pula jalan kekerasan. Maka lambat laun pengikut kaum Paderi menjadi banyak, mula-mula terutama di daerah Agam. Penganjur pemakaian kekerasan mula-mula ialah Tuanku nan Renceh (nan Renceh ialah pujian bagi tikus, karena orang takut kepadanya)  beserta tujuh orang tuanku yang lainnya. Pada tiap-tiap kampung yang direbut, Tuanku nan Renceh mengangkat seorang tuanku imam (kepala negeri) dan seorang tuanku khalifah (kepala agama), yang diserahi tugas mengadili perkara. Orang yang lalai sembahyang dihukum: pertama kalinya didenda 5 suku (uang suku = uang setengah rupiah) dan kalau terus menerus melalaikan sembahyang dihukum mati. Demikian juga orang yang menjual tembakau dan merokok didenda 5 suku ; yang berpakaian tak menurut aturan agama didenda 2 suku dan sebagainya.

Tuanku Imam Bonjol
Dari daerah Alahan Panjang gerakan Paderi itu dikembangkan  oleh Datuk Bandaharo dan seorang santri, Malim Basa. Keduanya pernah mengikuti Haji Miskin mengadakan tabligh (khutbah menyampaikan pengajaran Islam kepada umum) berkeliling selama empat bulan dan setelahnya mereka balik ke Alahan Panjang lagi. Karena di Alahan Panjang banyak orang anti Paderi maka dibawah pimpinan Malim Basa kaum Paderi mendirikan kampung Bonjol. Kampung itu diperkuat dan dijadikan pusat pergerakan Paderi yang diperintah oleh empat orang, sehingga mereka itu disebut Berampat Selo atau Raja Ampat. Salah seorang dari Raja Ampat itu adalah Malim Basa yang kemudian menjadi Tuanku Imam Bonjol (Tuanku Imam Malim Besar).

Lambat laun Bonjol makin bertambah penghuninya, karena dari segala fihak datang orang hendak belajar pada Tuanku Imam. Demikian pula kampung yang direbut kaum Paderi makin banyak, sehingga memperkuat gerakan kaum Paderi itu.

Seperti telah diuraikan sedikit di atas Raja-raja Minangkabau dibinasakan kaum Paderi dalam suatu perjamuan di Koto Tangah. Seorang penganjur kaum Paderi, Tuanku Pasaman (Tuanku Lintau) mengundang raja-raja Minangkabau itu untuk membicarakan masalah-masalah agama di Koto Tangah. Raja-raja Minangkabau itupun dengan keluarga dan pengiringnya datanglah ke Koto Tangah itu. Setelah perjamuan selesai, maka dengan tuduhan bahwa raja-raja Minangkabau itu melanggar Islam, disergap dan dibunuh semuanya. Hanyalah seorang saja yakni Tuanku Raja Alam Muning Syah, dapat melarikan diri dengan membawa seorang cucunya yang masih kecil ke Kuantan.

Kepala-kepala adat yang tidak sudi tunduk kepada kaum Paderi banyak yang menyingkir pula, diantaranya dua orang bersaudara, yang keduanya bernama Tuanku Saruaso, pergi ke Padang untuk meminta bantuan kepada Belanda di sana. Adapun orang Belanda pada waktu itu telah berkuasa lagi di Padang setelah orang Inggris menarik diri dari Sumatera Tengah. Dalam minta bantuan itu kepala-kepala adat itu berjanji menyerahkan kedaulatan seluruh Minangkabau kepada Belanda (10 Februari 1821).

Kini Belanda beroleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperkuat kedudukannya di Andalas. Maka Belanda mengirimkan pasukannya ke Semawang dan beberapa minggu kemudian terjadi pertempuran di Sulit Air dekat Semawang. Dengan teguhnya kaum Paderi mempertahankan Sulir Air itu dan hanyalah dengan pengorbanan besar Belanda dapat menduduki kampung itu. Dengan pertempuran itu mulailah Perang Paderi (1822 – 1837).

JALAN PERANG PADERI SAMPAI PERJANJIAN PADANG

Tuanku Tambusai
Tiada lama setelah terjadi pertempuran  di Sulit Air itu kaum Paderi melakukan serangan pembalasan kepada tentara Belanda di Semawang namun ditangkis.

Kekuatan tentara Belanda ditambah, dan sebagai panglima diangkat seorang bekas opsir Napoleon I, ialah Letnan Kolonel Raaff. Dengan segera diusahakannya merebut Tanah Datar dengan maksud terutama menaklukkan Lintau tempat kedudukan Tuanku Pasaman. Akan tetapi Tuanku Pasaman mendahului menyerang musuh, namun oleh meriam Belanda dipukul mundur.

Sementara itu kenyataan kepada orang Belanda, bahwa kaum adat tiada sungguh-sungguh bersekutu dengan mereka, karena sesungguhnya kaum adat itu hendak memakai tenaga Belanda hanya untuk sementara saja. Oleh karena itu orang Belanda selalu mencurigai kaum adat itu. Maka Pagaruyung tempat kedudukan raja-raja Minangkabau dulu  diduduki Belanda, sedangkan kedua saudara Tuanku Saruaso pun ditangkap. Kemudian didirikan benteng di Batusangkar, dekat Pagaruyung yang dinamai  Fort van der Capellen.

Setelah merebut Pagaruyung, Raaff menyerang Lintau, namun kekuatannya tiada sesuai dengan perlawanan kaum Paderi, sehingga ia kembali ke Pagaruyung lagi, sambil menantikan bala bantuan baru dari Jawa. Kaum Paderi tiada berdiam diri pula dan acapkali mengadakan serangan terhadap kedudukan Belanda itu. Begitu pula tentara Belandaruk  melakukan penaklukan atas beberapa kampung, kendati dengan pengorbanan besar juga.

Dengan bala bantuan baru Raaff melakukan serangan lagi. Maksudnya menaklukkan daerah Agam dulu, sebelum merebut Lintau. Serangannya pada waktu itu gagal pula. Ia kembali ke Pagaruyung dan minta bala bantuan lagi. Setelah bala bantuan baru datang Raaff menyerang kaum Paderi dengan melalui Lembah Marapalam ; maka disinilah tentara Belanda menerima pukulan hebat dari kaum Paderi, yang bermati-mati mempertahankan lembah itu.

Jelaslah kepada Raaff, bahwa kekuatan tentera Belanda harus ditambah dan diperkuat lagi. Untuk keperluan itu Raaff berangkat ke Batavia. Sebelum itu dengan persetujuan residen Padang ia mengangkat Raja Alam Muning Syah menjadi bupati Agam dan berkedudukan di Pagaruyung.

Tentara Belanda di Fort de Kock
Di Batavia Raaff diangkat menjadi residen dan diberi instruksi-instruksi untuk mengembalikan keamanan di Minangkabau, sedapat-dapatnya dengan jalan damai.

Maka sekembali di Padang Raaff mengadakan perhubungan dengan kaum Paderi Bonjol ; pada tanggal 22 Januari 1824 terdapatlah Perjanjian Masang, dalam mana kedua pihak akan mengindahkan batasnya masing-masing.

Oleh Belanda perjanjian itu tak diindahkan, karena dua bulan kemudian Raaff menyuruh menduduki dua buah kampung. Maka dengan sendirinya kaum Paderi tidak mengakui Perjanjian Masang itu dan membuka serangan-serangan lagi.

Dalam pada itu Raaff yang meninggal dalam bulan April 1824, diganti oleh kolonel De Stuers, yang harus berdaya upaya menetapkan batas-batas dengan kaum Pidari, agar tercapai perdamaian lagi, sehingga kehidupan biasa dan perniagaan kembali sebagai semula. Kedudukan-kedudukan serdadu Belanda dikurangi, namun pada suatu bukit di Agam, yakni Bukittinggi didirikan benteng Fort de Kock.

Dengan Said Salimu’ldjafrid seorang Arab, sebagai perantara pada tanggal 15 November 1825 diadakanlah Perjanjian Padang antara Belanda dengan wakil-wakil penganjur Paderi, diantaranya Tuanku nan Renceh dan Tuanku Pasaman. Dalam Perjanjian Padang itu kedua fihak berjanji tiada akan serang menyerang lagi. Pada hakekatnya Belanda mengikat perjanjian itu oleh karena kekuatannya dibutuhkan seluruhnya dalam Perang Diponegoro, yang pecah pada tanggal 20 Juli 1825 itu. Itulah sebabnya Belanda sungguh-sungguh berusaha, supaya buat sementara jangan terlibat dalam pertikaian antara kaum adat dan kaum Paderi itu.

DARI 1830 SAMPAI PERDAMAIAN DALAM 1832

Setelah Perang Diponegoro berakhir Belanda melanjutkan peperangan dengan kaum Paderi itu.

Penyerangan Belanda ke Naras di daerah Pariaman, dimana pergerakan Paderi dipimpin oleh Tuanku nan Cerdik tiada berhasil, padahal dibantu dua buah kapal perang. Serangan yang kedua kali juga tidak berhasil. Kaum Paderi mencoba menyerang Padang pada awal 1831, namun sebelum sampai dapat dipukul mundur Belanda.

Kolonel De Stuers  yang berhenti pada 1829 diganti oleh Letnan Kolonel Elout, yang datang pada awal bulan Maret 1831 di Padang. Dengan bantuan Mayor Michiels Naras dapat direbut, sehingga Tuanku nan Cerdik menyingkir ke Bonjol. Seterusnya kampung-kampung kaum Paderi satu demi satu direbut.

Bala bantuan baru datang pula pada 1832 diantaranya pasukan-pasukan yang dikepalai Sentot. Maka Lintau pun jatuh dan dengan direbutnya Bukit Kamang seluruh Agam terletak dibawah kuasa Belanda. Bonjol juga dapat dikuasainya. Tuanku Imam Bonjol berdamai dengan Belanda sehingga kembalilah ketenteraman di Minangkabau.

DARI 1833 SAMPAI PENAWANAN TUANKU IMAM BONJOL

Ilustrasi Penaklukan Bonjol

Bonjol 1839
Ketenteraman itu tiada berlangsung lama, karena tindakan-tindakan Belanda sendiri (pemungutan cukai pasar, cukai mengadu ayam, pekerjaan rodi dan sebagainya) dan karena kebangunan perasaan kebangsaan, sehingga timbul perlawanan kembali ; kini baik kaum Paderi maupun kaum Adat bahu membahu melawan Belanda (3 Januari 1833).

Suatu pasukan tentara Belanda dibawah Letnan Kolonel Vermeulen Krieger terkepung di Pisang dan hanyalah dengan susah payah dan pengorbanan besar dapat meloloska diri dan menyingkir ke Bukit Koriri di Agam. Begitu pula pasukan pendudukan Belanda di Bonjol dibinasakan semuanya (11 Januari 1833). Di tempat-tempat lainpun tangsi-tangsi Belanda diserang dan banyak serdadunya ditewaskan.

Letnan Kolonel Elout maklum, bahwa seluruh Minangkabau telah bersedia memerangi Belanda. Oleh karena itu diusahakannya memperbaiki hubungan dengan orang Minangkabau dengan mengganti serdadu Belanda dengan anggota-anggota lasykar Sentot, karena mereka beragama Islam pula. Akan tetapi kemudian kenyataan  Sentot mengadakan perhubungan dengan kaum pelawan dan mengadakan komplotan dengan Raja Alam Muning Syah untuk menumbangkan kuasa Belanda. Oleh karena itu Sentot pun pura-pura disuruh ke Batavia untuk mengumpulkan lasykar baru untuk menambah lasykarnya. Di Batavia ia ditawan dan kemudian diasingkan ke Bengkulen dan meninggal disana pada tanggal 17 April 1855. Raja Alam Muning Syah juga ditawan oleh Elout, demikian juga pemuka-pemuka lainnya, seperti Tuanku nan Cerdik yang beberapa lamanya bersekutu dengan Belanda, dan Tuanku Alam dari Koto Tuo yang sangat dipercayai Elout.

Dalam pada itu selama empat bulan sejak dari awal perang baru ituhanya berlaku perang kecil-kecil saja.

Di Tambusai yang terletak di daerah Rokan, seorang guru agama Pakih Saleh mengembangkan pengaruhnya dan menamakan dirinya Tuanku Tambusai. Dengan pemuka-pemuka lainnya ia memasuki Padang Lawas (Tapanuli) namun dipukul mundur.

Dalam bulan Juni 1833 di Padang tibalah Jenderal Mayor Riesz dengan membawa tentara yang besar.

Sementara itu Tuanku Tambusai melanjutkan peperangan dengan memasuki Angkola, demikian pula dimana-mana perlawanan terus berkobar-kobar.

Adapun van den Bosch (yang dijadikan komisaris jenderal, agar lebih besar kuasanya dalam menyelenggarakan Cultuurstelsel) berhasrat menyelesaikan perang sebelum ia pulang ke negeri Belanda. Maka ditetapkannya supaya benteng pertahanan kaum Paderi yakni Bonjol jatuh selambat-lambatnya pada tanggal 16 September 1833. Bonjol itu diserangnya dari tiga jurusan, sedangkan seluruh kesatuan akan bergerak dekat Matur agar kaum pelawan terpaksa menahan sebagian tentaranya disana. Serangan terhadap Bonjol ternyata gagal, sehingga kejatuhan Bonjol masih jauh dari tanggal yang dipastikan itu. Karena itu van den Bosch berusaha berdamai dengan kaum Paderi Bonjol, tetapi gagal pula. Sampai pulangnya usaha-usaha van den Bosch sia-sia belaka. Maka sepeninggalnya pemerintahan dipegang oleh seorang anggota Dewan Hindia van Sevenhoven dan Jenderal Mayor Riesz, sedangkan komandan angkatan perang ialah Letnan Kolonel Bauer.

Pada tanggal 25 Oktober 1833 kedua orang komisaris-gubernemen (van Sevenhoven dan Riesz) itu mengeluarkan maklumat yang dinamakan Pelakat Panjang oleh orang Minangkabau. Sesungguhnya azas-azas pelakat panjang itu telah lama disusun oleh van den Bosch sebelum ia balik ke negerinya :
  1. Anak negeri bebas dari segala pajak yang berat dan sekalian rodi.
  2. Bea pemasukan dan pengeluaran barang terus dijalankan, begitu pula monopoli garam dan madat dengan beberapa perubahan.
  3. Pemimpin rakyat akan digaji bulanan dari Rp. 25,- hingga Rp.200,- berdasarkan kedudukan, pengaruh dan kecakapannya.
  4. Luhak-luhak (distrik-distrik) boleh mengatur urusan rumahtangganya masing-masing, tetapi harus menyediakan sejumlah orang untuk menahan serangan musuh dari dalam atau luar negeri.
  5. Belanda berhak menengahi perselisihan antara luhak-luhak, kalau tiada kecocokan untuk mencegah perang.
  6. Belanda berhak memasang jalan-jalan dan mendirikan benteng-benteng.
  7. Perlawanan terhadap kepada Gubernemen Belanda akan diadili oleh sebuah mahkamah (pengadilan).
  8. Penanaman tanam-tanaman yang hasilnya besar harganya di Eropah, dan penggalian emas dianjurkan oleh Pemerintah.

Kaum pelawan tidak mengindahkan Pelakat Panjang ini dan terus melakukan perlawanan. Pada akhir 1833 pertempuran hebat berlaku di daerah Sungai Masang, Pagaruyung dan Rao Mandahiling.

Dalam tahun berikutnya dibawah pimpinan Bauer Matur direbut, sampai-sampai Bonjol terancam. Pisang dan Semawang jatuh ke tangan Belanda. Siasat bauer ialah melakukan pengepungan yang rapat, sehingga tempat yang dikepung tertutup samasekali, sedangkan siasat Tuanku Imam Bonjol ialah mengobarkan perlawanan di daerah lainnya, supaya Belanda tiada berdaya mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyerang Bonjol.

Untuk menaklukkan Bonjol itu tentara Belanda menderita kerugian-kerugian besar, karena kaum Paderi berkali-kali dapat memukul mundur mereka. Bauer sendiri kena ranjau dan terpaksa diangkut ke rumah sakit di Bukittinggi. Demikianlah selama 1834 dan 1835 usaha-usaha Belanda mematahkan perlawanan kaum Paderi tiada berhasil, malah sebaliknya menderita kerugian-kerugian besar. Demikian pula usaha-usaha Bauer untuk mengadakan perdamaian terus menerus gagal, sehingga ia pada bulan Mei 1836 diganti oleh Cleerens. Tentara Belanda di daerah-daerah Bonjol makin diperkuat oleh Cleerens dan ditempat lain-lain dilakukannya persediaan menentang perlawanan kalau timbul.

Pada tanggal 4 Desember 1836 Cleerens memerintahkan menyerbu Bonjol. Dengan diam-diam pasukan pelopor, yakni orang-orang Afrika dan Bugis memasuki Bonjol pada waktu dinihari melalui lubang-lubang dalam tembok. Akan tetapi kaum Paderi menyerang dengan tiba-tiba, sehingga orang Afrika dan Bugis terjepit antara kaum Paderi dan induk tentara Belanda yang mulai menembak pula. Oleh karena itu orang Afrika dan Bugis menjadi bingung dan lari tunggang langgang keluar lagi. Berkat kuatnya pertahanan kaum Paderi tentara Belanda terpaksa mundur.

Berhubung ternyata keadaan belum menguntungkan Belanda dalam bulan Januari 1837 gubernur jenderal mengirim jenderal mayor Cochius untuk meninjau keadaan di Minangkabau dengan kekuasaan melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu. Oleh Cochius diputuskan agar daerah-daerah di sebelah utara dan timur laut Bonjol direbut terlebih dahulu, sehingga dengan demikian Bonjol betul-betul terkepung.

Jenderal mayor Cleerens yang tak mempunyai keyakinan akan dapat merebut Bonjol diganti oleh letnan kolonel Michiels.

Cochius
Setelah Padang Bubu dan Tanjung Bunga ditaklukkan Belanda Cochius memulai dengan serangan langsung ditujukan atas Bonjol. Untuk maksud itu dibuat sebuah parit supaya serdadu-serdadu Belanda dapat mendekati tembok Bonjol. Penggalian parit itu memakan banyak korban, karena uap yang keluar dari dalam tanah itu menimbulkan penyakit. Usaha lain ialah penaklukan Bukit Terjadi yang terletak di sebelah timur Bonjol, karena dari bukit itu lebih mudah menembaki Bonjol. Dengan susah payah Bukit Terjadi direbut Belanda. Maka setelahnya dilakukanlah serangan umum atas Bonjol pada malam 15/16 Agustus 1837 ; esok harinya pukul delapan pagi Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Sejak itu satu demi satu kampung yang diperintah Raja Berampat Selo pun menghentikan perlawanan. Seorang penghulu diutus kepada Tuanku Imam Bonjol yang sempat melarikan diri, dengan pesan bahwa ia boleh diam di Alahan Panjang sebagai orang preman. Maka pada tanggal 28 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol mendapatkan komandan pasukan Belanda di Palupuh. Kemudian oleh Michiels Tuanku Imam Bonjol dikirim ke Batavia sebagai tawanan. Dari Batavia ia diasingkan ke Cianjur. Akan tetapi karena di Cianjur pengaruhnya bertambah besar setahun kemudian ia dipindahkan ke Ambon. Dua tahun kemudian ia dipindahkan pula ke Minahasa. Disanalah di kampung Lutak pahlawan itu berpulang kerahmatullah pada 6 hari bulan November 1864.

AKHIR PERLAWANAN TUANKU TAMBUSAI

Dengan penawanan Tuanku Imam Bonjol Perang Paderi belum berakhir, namun berlangsung terus di bawa pimpinan Tuanku Tambusai yang bergerak di medan utara. Michiels memerintahkan kepada komandan tentara di daerah Mandahiling Rao menyerang Tuanku Tambusai.

Adapun Tuanku Tambusai itu telah beberapa waktu lamanya meluaskan pengaruhnya di Padang Lawas dan Angkola. Ke daerah Mandahiling juga pernah Tuanku Tambusai menanamkan kuasa, namun dipukul mundur oleh orang Mandahiling sendiri dengan bantuan tentara Belanda. Bahkan ke Sipirok dan daerah Toba pun Tuanku Tambusai pernah melakukan penyerbuan (orang Batak menamakannya Tuanku Rao).
Dalam bulan November 1837 suatu kesatuan Belanda berangkat dari Mandahiling ke utara. Orang Sipirok turut membantu tentara Belanda itu. Bersama-sama kedua lasykar itu menyerang Portibi, sehingga Tuanku Tambusai terpaksa meninggalkan Padang Lawas dan balik ke Tambusai.

Stuers
Kemudian diantara Raja Mundang  yang diperkuat Belanda  dan Dalu-Dalu kedudukan Tuanku Tambusai, berlaku pertempuran-pertempuran yang dahsyat. Dengan bantuan barisan Mandahiling Michiels setelah melakukan perjuangan hebat dapat merebut Dalu-Dalu pada 28 hari bulan Oktober 1837.

Akan nasib Tuanku Tambusai seterusnya tidak diketahui. Mungkin ia meninggal di rimba ketika menyembunyikan diri dalam usahanya melarikan diri, mungkin juga ia menyingkir ke Bila dan seterusnya mengembara dengan serombongan pengiringnya yang setia.

Maka berakhirlah perjuangan kaum Paderi melawan Belanda. Setelah itu Belanda melakukan semacam Cultuurstelsel di Padang Hulu, Bengkulu dan Tapanuli Selatan dengan menyuruh penduduk menanam kopi untuk dijual kepada gubernemen dengan harga yang rendah. Akan tetapi penduduk tiada kehabisan akal dan menyelundupkan sebagian kopi itu ke Singapura dengan melalui sungai-sungai besar di timur. Dari Singapura mereka menyelundupkan garam, kain-kain dan sebagainya, sehingga keuntungan tak sepadan dengan pengharapan Belanda. Untuk membasmi penyelundupan itu Belanda berusaha memperbesar kuasanya di sepanjang Pesisir Sumatera Timur untuk mengontrol sungai-sungai yang merupakan jalan dari hulu ke selat Malaka. (06/11/2012)

Sabtu, 03 November 2012

Sejarah Penaklukan Konstantinopel

Penaklukan Konstantinopel Oleh Muhammad Al-Fatih (1453 M) - Thread Not Solved Yet


Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.

Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.

(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)

Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;

1. Konstantinopel

Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan Benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.

2. Rumiyah

Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.

Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.

Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.


Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.

Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.

Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.

Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.

Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.

Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;


Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481).


Lambang Kekhalifahan

Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol).


Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu Bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.

Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.

Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ''ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.

Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.

Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel.

Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.

Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.


Constantine XI

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada Bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.


Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan Artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur Armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.


Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).


70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai.


Rantai yang menghalangi kapal masuk ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia)


Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn


Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari.


Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.


Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya



The Great Turkish Bombard

Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.


Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.


Hagia Sophia

Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.