Kamis, 19 Maret 2015

ETIKA dalam BERKOMUNIKASI

Oleh: Zulfadli Aminuddin

Banyak orang yang berbicara tanpa mengontrol apa yang dibicarakan atau diucapkannya itu apakah baik atau tidak. Mereka berbicara dengan orang lain seenak perutnya tanpa peduli apakah orang lain akan tersinggung atau tidak, meskipun yang dikatakannya itu benar. apalagi bila tidak benar. Dalam pepatah minang disebutkan bahwa; "Pikia palito hati, nanang hulu bicaro, haniang saribu aka, dek saba bana mandatang" yang artinya lebih kurang yang akan kita ucapkan itu harus dipikirkan terlebih dahulu, menahan diri dari kata-kata yang tidak baik. Sebab kata-kata yang terlontar ibarat peluru yang tidak mungkin ditarik kembali.

Kata-kata yang kita ucapkan bisa jadi melukai perasaan orang lain meskipun tidak kita sadari. Semua ucapan yang dilontarkan menunjukkan sejauhmana harga diri dari orang itu. Orang bisa menilai pribadi kita hanya dengan mendengarkan ucapan yang kita sampaikan. Orang yang bicara tidak terkontrol dan tidak mempunyai etika pasti orang yang mendengar tidak akan menghargainya.

Dalam pergaulan sehari-hari kita sering berkomunikasi dengan orang lain apakah dengan orang yang kita kenal dan juga dengan orang yang tidak kita kenal. Dengan orang yang kita kenal dekat pun, yang meskipun mungkin kita sering bercanda tetap kita harus menjaga batas batasnya.

Agama pun menuntun kita dalam hal ini. Begitu juga adat istiadat sangat menjaga adab dan sopan santun dalam berkomunikasi. Adat minang contohnya mengenal perkara Kato nan Ampek yaitu adab berbicara dengan yang tua, berbicara dengan yang kecil, berbicara dengan sama besar dan bicara dengan orang semenda.

Kita sangat menyayangkan dan prihatin sekali bahwa dewasa ini ada pemimpin yang tidak menjaga lisannya dalam bertutur kata, kita tidak perlu menyebutkan siapa dia karena pasti kita semua sudah tahu. Orang kebanyakan atau rakyat jelata dituntun bagaimana menjaga etika ketika berbicara, apalagi para pemimpin yang sepatutnya menjadi contoh atau tauladan yang baik.

Berbicaralah yang beretika kalau ingin harkat dan martabat kita diangkat setinggi-tingginya, tapi sebaliknya harkat dan martabat kita akan jatuh serendah-rendahnya apabila berbicara yang tidak beretika.

Sabtu, 14 Maret 2015

Amanah Yang Terabaikan

Oleh: Zulfadli Aminuddin

Kritik adalah suatu kata yang ditakuti oleh sebagian orang, dan orang ini takut karena dia sadar bahwa dia bersalah atau berada dalam kelalaian. Bagi yang bertindak benar dan berada dalam koridor yang semestinya dia tidak perlu takut.

Seorang pemimpin suatu bangsa dan negara sudah semestinya untuk dikritik, dia bukan seorang yang segala tindakannya harus selalu dianggap benar, sehingga tidak boleh dikritik. Ini sangat menyesatkan dan sangat mempengaruhi situasi dan kondisi negara. Begitu pula pemimpin daerah sudah saatnya dia membuang ego dan arogansinya dan mampu mengamalkan moral dan etika.

Kondisi negara kita sekarang ini sangat memprihatinkan sekaligus mengkhawatirkan, sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Opini yang berkembang telah menjadi rujukan tanpa mempersoalkan benar dan salahnya, kebohongan dan kepalsuan sudah menjadi hal biasa.

Dicari pemimpin yang masih mempunyai hati nurani dan siap menegakkan hukum secara adil. Sebelum nasi menjadi bubur maka pemimpin sekarang harus disadarkan kalau tidak maka sudah semestinya dicari pemimpin yang hadir disaat rakyat susah dan butuh pertolongan. Peduli terhadap penyelesaian masalah secara cepat bukan menggantung masalah. Mampu mencari solusi dan tegas mengambil keputusan.

Rakyat tidak ingin pemimpin yang suka pencitraan tapi membutuhkan pemimpin yang betul-betul bekerja dan bukan hanya sebagai jargon belaka.

Kamis, 05 Maret 2015

Negara Rusak

 Oleh: Zulfadli Aminuddin

Negara rusak karena pemimpinnya yang juga rusak. inilah yang dapat saya katakan saat ini. Selamat pagi.