Jumat, 21 September 2012

Semilir Angin Senja

Maret 4, 2011

KETIKA PAPA BERCERITA (10)

Diarsipkan di bawah: Kenangan Papa — ritrin @ 7:56 pm and
Awal tahun 1960 Papa yang tengah berjaga sebagai Tentara Teritorial untuk Kecamatan Bonjol Pasaman. Regu Papa ada 10 orang dengan 1 komandan regu. Hampir kesemuanya adalah orang Kumpulan Pasaman. Komandan regu Papa bernama Letnan Rasyid. Dimana daerah pengawasan mereka adalah Kumpulan, Alaham Mati, Ladang Panjang, Binjai, Simpang dan sekitarnya. Masa itu tengah dipersiapkan Proklamasi RPI singkatan dari Republik Persatuan Indonesia. Para tokoh PRRI mengadakan hubungan diplomasi dengan beberapa daerah yang juga bergolak menentang rezim Soekarno yang dinilai Diktator kala itu. RPI dibentuk untuk meneruskan perjuangan dalam bentuk Negara Federasi. Ikut bergabung di dalam RPI itu : PRRI, Permesta, DI Aceh, dan DI Sulawesi Selatan.

Ketika tengah berada di sekitar Batang Kumpulan di seberang Rajang di sebuah kedai kopi di tepi kampung. Lewatlah seregu tentara dari pecahan Batalyon 140 dari Suliki. Komandan regu itu rupanya adalah kawan Papa ketika sekolah di SMA Batusangkar. Nama beliau Roslim. Karena telah lama tidak bertemu, Papa mengajak mereka untuk istirahat dulu di kedai kopi itu. Papa beri orang kedai uang untuk keperluan memasak. Mereka dengan senang hati membelikan beras dan telur. Masakan kampung sederhana itu cukup membuat seregu pasukan itu makan dengan lahapnya sambil riuh bercerita. Walaupun dalam kondisi tetap siaga karena sewaktu-waktu adanya Tukang Tunjuak.
Setelah mereka selesai makan bersama itu, regu tersebut bergabung dengan kompinya dan mulai bergerak menuju Pasaman Barat. Sambil berpamitan, mereka minta didoakan supaya selamat dalam tugas ke Pasaman Barat. Papa menduga misi kali ini khusus untuk persiapan Proklamasi RPI di Bonjol yang dia ketahui kemudian hari di tanggal 8 Februari 1960.
Sekompi pasukan ini terus bergerak di Pasaman Barat sampai masuk daerah Kinali. Tepatnya di Durian Kinali dikuasai oleh tentara APRI dari Divisi Diponegoro yang semuanya berasal dari Jawa Tengah. Pasukan dari Batalyon 140 sekitaran sekompi datang mengendap-ngendap di keheningan malam menjelang subuh di rimbunan hutan Pasaman itu. Mereka mulai mendekati tempat kedudukan pasukan Divisi Diponegoro tersebut. Keberadaan mereka diketahui dan terjadilah kontak senjata di tengah subuh kelam itu.
Pasukan Divisi Diponegoro yang dalam kondisi tidak siap, banyak yang berlarian tanpa pakaian. Sebagian besar pasukan itu masih tidur pulas di subuh itu sehingga tidak siap menerima serangan dari pasukan PRRI. Banyak yang berlarian tak tentu arah sampai ada yang memanjat pohon kelapa. Markas mereka tinggalkan begitu saja sehingga barang-barang bawaan mereka dengan mudah dirampas oleh pasukan PRRI dari Batalyon 140 kala itu.
Tanggal 8 Februari 1960, sesuai kesepakatan yang diumumkan secara rahasia, Proklamasi RPI dimulai dengan Upacara Bendera yang dilanjutkan dengan Parade Militer. Semua berlangsung dengan hikmat dan penuh semangat. Hadir kala itu, Presiden RPI Syafruddin Prawiranegara yang sekaligus merangkap Perdana Meteri. Beliau bertindak sebagai pemimpin uapacara didampingi oleh Kolonel Dahlan Djambek. Barisan pasukan militer yang mengikuti Upacara bendera itu terlihat gagah dengan baju baru yang masih ada tulisan Divisi Diponegoronya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar