Senin, 20 Mei 2013

"Reaksi Terhadap Kezhaliman"



Imam Maulana
Andalas
       
Mihnah (tribulasi) yang dihadapi PKS dalam perjalanan politiknya di Indonesia semakin menguat. Kebohongan dan kezholiman yang berupa tuduhan-tuduhan palsu yang dilontarkan kepada para kader dan partai da’wah ini untuk membusukkan nama baik para kadernya, untuk menghina dan untuk mengelabui masyarakat supaya lari dari da’wah, supaya lari dari seruan Allah. Ini bukanlah persoalan baru atau asing dalam perjalanan da’wah yang benar. Sejak zaman dulu, barisan thagut dan angkatan jahiliyah sudah melontarkan tuduhan palsu kepada Rasulullah saw. Mereka menuduh Nabi sebagai tukang sihir, orang gila, pembohong, pemecah belah masyarakat, memisahkan antara bapak dan anak serta berbagai tuduhan keji lainnya.
Memang kejadian seperti ini membuat dada terasa sesak bagi para kadernya, kegeraman dan kemarahan pun terkadang secara naluri insaniyah dapat muncul. Akan tetapi penting bagi  kader dan partai da’wah ini untuk tetap mempertahankan sikap ‘istiqrar nafsi’ (ketenangan/stabilitas jiwa) dan ‘istiqrar tanzhimi’ (ketenangan struktural). Jangan sampai kesibukan yang banyak, tantangan, ujian dan fitnah yang semakin berat justru membuat jiwa dan pribadi kader PKS menjadi kacau dan terguncang, karena kalau sudah seperti itu  maka akan menjadi ‘an-nuful al mahzumah’, jiwa yang kalah sebelum terjun ke medan pertempuran. Jangan sampai guncangan ini  membuat PKS terguling, jangan sampai jebakan ini  membuat kader terperosok.
Dalam kondisi seperti inipun kader PKS wajib bersyukur karena menjadi orang yang di zhalimi, bukan orang yang berlaku zhalim. Karena ini insyaAllah membuktikan diri bahwa tengah menempuh jalan yang benar, sebagaimana jalan para Rasul yang mendapat gangguan dan siksaan. Karenanya semakin perkuatlah keikhlasan dan senantiasa bersihkan niat dari kotoran riya dan duniawi, seperti yang dicari orang-orang yang haus kekuasaan dari kalangan tokoh-tokoh sebagian partai politik pada umumnya.
Dalam keadaan ini harus tetap bersabar, walaupun sabar bukan berarti ridha dengan kezhaliman. Karena kesabaran adalah faktor keberhasilan dalam menghadapi ujian dan cobaan, maka iringi pengaduan dan perlindungan kita hanya kepada Allah semata.
Sekali lagi Tarbiyah Islam  mengajarkan, jangan sampai karena sesak dan geramnya kita terhadap kezhaliman membuat kita emosi lalu mencaci dan melaknat. Biarlah Allah sendiri yang menghukuminya, namun sebagai kader dapat menyebutkan 'secara umum' dalam berdoa atau seruan, "Perhatikanlah, laknat Allah untuk orang-orang yang zhalim”, “Ya Allah, Hancurkanlah orang-orang yang zhalim”, “Ya Allah, gilirkanlah kebinasaan pada orang-orang yang zhalim”.
“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Dan sesungguhya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak suatu dosa pun atas mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih." (Asy Sura : 39-42).
Wahai para penegak kebenaran...biarlah mereka (orang-orang yang zhalim itu) menuduh kader da'wah sebagai seorang yang mabuk kekuasaan, dengan bertopeng agama dan berbagai tuduhan dan propaganda liar  dan palsu untuk memburuk-burukan da’wah dan para pejuangnya, agar kader dan masyarakat lari dan menjauh, agar masyarakat tidak memilih. Tapi sungguh tidak ada yang dikehendaki Allah kecuali kebaikan untuk da’wah dan para kadernya. Yakinlah bahwa Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui akan menampakkan hakikat yang sebenarnya, kedok mereka akan terbuka dan sejarah akan mencatat segala tuduhan palsu dan propaganda liar mereka. Wahai pejuang keadilan....peganglah dada antum semua dan rasakan.. Aroma Kemenangan itu semakin mendekat.

Wallahu a'lam bisshawab


*Prajurit di Perbatasan Andalas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar