Oleh : Zulfadli, SH, MK
Ketika menjabat kepala jorong semacam jabatan di
bawah kepala desa atau nagari di Minangkabau, seorang teman memberi saya sebuah
buku kecil yang berjudul “Mengapa Memilih PK Sejahtera: 42 Argumen PK Sejahtera harus menang di Pemilu 2004” dan sebuah
kartu ucapan selamat lebaran dari pengurus partai. Teman saya ini adalah kader Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Kalau tidak salah waktu kejadiannya pada pertengahan
tahun 2003.
Sebagai seorang yang didahulukan selangkah dan
ditinggikan seranting di kampung saya atau sebagai pelayan masyarakat saya
faham apa maksud pemberian oleh teman saya tersebut. Tentu saya harus mengambil suatu sikap yaitu tidak
menjadi partisan partai politik manapun. Setelah membaca buku kecil tersebut
dari awal hingga akhir saya berkesimpulan bahwa buku kecil ini bagus dan tidak
saya sangsikan lagi kebenarannya.
Saya tidak pernah menjadi kader dari partai
politik manapun sebelumnya walau pada masa orde baru sekalipun. Secara jujur
saya akui bahwa saya tidak pernah memilih partai Islam pada masa itu. Tapi
sejak tahun 1999 diawal reformasi saya mempunyai pemikiran lain bahwa sudah
saatnya partai politik yang berasaskan Islam yang harus tampil memimpin
republik ini, namun saya belum berminat menjadi kader partai politik. Pada
pemilu 1999 saya memilih salah satu partai Islam, saya tidak perlu menyebutkan
partai apa tapi bukan PKS, yang waktu itu masih bernama Partai Keadilan (PK). Tetapi
yang penting adalah pemimpin partai tersebut tokoh favorit saya waktu itu. Akhirnya
kepercayaan saya kepada partai ini lambat laun mulai memudar, karena saya
melihat sebagai partai Islam kok pemimpinnya tidak islami. Kok tokoh favorit
yang menjadi harapan saya ini isterinya tidak pakai jilbab?, padahal Islam
mewajibkan seorang muslimah memakai jilbab?. Sungguh aneh menurut pikiran saya.
Sejak saat itu harapan saya pupus dan saya
berfikir tidak akan lagi berharap terhadap partai ini di masa mendatang. Setelah
saya fikir dan menimbang-nimbang baik buruknya saya yakin tentu ada partai baru
yang berasas Islam yang akan memenuhi harapan saya, sebab saya sama sekali
tidak percaya dengan partai berideologi lain selain Islam. Akhirnya Saya melihat
ternyata Partai Keadilan Sejahtera yang cocok dengan kriteria saya apalagi mengetahui
ciri khasnya sebagai partai da’wah, kejadian ini berlaku sebelum saya menerima
buku kecil tersebut. Saya memimpikan partai ini menjadi kekuatan baru sebagai
partai masa depan di republik yang kita cintai ini.
Saya berterimakasih kepada teman yang telah
memberi buku kecil yang sangat berharga bagi saya karena telah memberikan
pengetahuan yang cukup lengkap dan panduan untuk memilih yang terbaik diantara
yang baik. Sebagai kepala jorong tentu secara etika saya tidak mungkin aktif
sebagai kader apalagi duduk di kepengurusan. Saya berpikir cukup sebagai
simpatisan. Dan pada pemilu tahun 2004 saya telah memastikan memilih Partai
Keadilan Sejahtera (PKS).
Setelah saya tidak lagi menjabat kepala jorong
pada tahun 2005 saya belum berpikir untuk aktif di kegiatan politik, karena
saya masih mempunyai kesibukan di pemerintahan nagari sebagai anggota Badan
Perwakilan Rakyat di nagari. Kemudian juga menjadi staf di kantor wali nagari
dan masih banyak kegiatan lainnya disamping mengelola Yayasan Pondok Pesantren di
kampung saya sebagai salah seorang pengurus dan staf pontren dan juga mengurus
Mushalla serta MDA.
Pada awal tahun 2008 saya didatangi oleh tiga
orang kader PKS, mereka adalah pengurus DPD PKS Kabupaten. Saya mendapat penghargaan yang tinggi
sekali karena kedatangan tamu istimewa ini. Singkat cerita saya ditawarkan
menjadi kader PKS dan tanpa keraguan sedikitpun saya bersedia, kesediaan saya
tidaklah heran karena sejak 2004 saya tidak asing lagi dengan PKS, selama empat
tahun sudah cukup kiranya dalam menentukan suatu pilihan untuk bergabung
sebagai kader partai.
Sehingga sejak saat itu saya resmi menjadi kader
dan tidak lama setelah itu saya menerima kartu anggota dan ditunjuk sebagai Ketua
Dewan Pimpinan Ranting (DPRa) di nagari saya. Ada ciri khas partai ini yang
berbeda dengan partai lain yaitu bahwa setiap kader ditempa dan dibekali dengan
kegiatan, yaitu Liqo’ artinya pertemuan yang dilaksanakan sekali dalam seminggu
berupa pengajian, dimana setiap kader dibagi berkelompok sebanyak enam sampai
12 orang, kemudian mengikuti pengajian yang dipimpin seorang guru/murabbi atau
mentor. Pengajian ini diawali dengan tilawah al-Qur’an masing-masing kader,
kemudian dilanjutkan dengan taujih / tausiyah oleh guru yang berisikan kajian-kajian
keislaman, fiqih, hadits, tafsir, sirah nabawiyah dan lain-lain dan selalu pula
dibarengi dengan diskusi. Dan diharapkan juga nantinya masing-masing kader
mampu pula menda’wahkan Islam di tengah masyarakat.
Liqo’ yang dilakukan ini sangat banyak manfaatnya
dan saya tidak sedikitpun melihat hal-hal yang meragukan atau katakanlah
menyimpang dari amalan kita sehari-hari, kader dituntut menjadi pribadi muslim
yang mampu menjalankan ajaran Islam itu secara kaffah, sebagai mu’min sejati yang
meyakini hari berbangkit, bukan hanya melaksanakan yang wajib tapi sampai
kepada yang sunnah. Dengan bekal inilah kita harapkan lahir para pemimpin yang
bersih, memiliki kepedulian sosial dan profesional di bidang yang ditekuninya.
Pemimpin yang tawaddu’ yang tidak mengharapkan dunia sebagai tujuan tetapi
berlomba-lomba mencari Ridha Allah.
Disamping Liqo’ masih banyak kegiatan lain yang
dapat diikuti kader dan simpatisan seperti tasqif mingguan siraman rohani dan
diskusi keagamaan, rihlah keluarga, kepanduan, kegiatan alam, aksi solidaritas
damai, aksi kepedulian sosial dan masih banyak lagi.
Sesuatu yang saya dapatkan dalam liqo’ dan selalu
ada dalam ingatan saya adalah bahwa inti dari kita berorganisasi dan berpolitik
itu adalah dakwah agama kita yang mulia ini terus bergerak di dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, yang dimulai dari diri kita masing-masing. Partai hanyalah
sarana dan alat untuk mencapai itu semua, sekiranya partai ini dibubarkan,
dakwah itu tetap akan ada dan tidak akan berhenti hingga akhir zaman. Saya
berfikir bahwa partai boleh diibaratkan hanyalah sebuah kapal atau bahtera yang
mengarungi samudra yang sangat luas yang akan mengantarkan kader menjadi
pemimpin di tempat tujuan nantinya.
Ada orang yang alergi dengan politik, mereka
menganggap politik itu kotor dan partai politik itu sarang koruptor. Kenapa
harus alergi, barangkali karena tabiat buruk para politikus. Tapi ingatlah
saudaraku setiap partai pasti bertujuan baik, tidak ada partai yang buruk atau
jelek hanya saja ada oknum yang tidak baik, manusia yang mengendalikannya yang
mungkin jahat. Politik itu pada dasarnya baik bila manusia didalamnya juga
baik. Inilah yang harus dicamkan, menjadikan manusia itu baik dan berakhlak, tidak
ada jalan lain selain mendidiknya dengan dasar agama, jadi setiap manusia itu
wajib selalu berpedoman kepada ajaran agama khususnya Islam.
Dan ada pula orang yang berpandangan, jangan
membawa-bawa agama ke ranah politik. agama bukan untuk dipolitisasi, katanya.
Ini adalah pandangan yang sangat keliru, karena Islam itu adalah jalan yang
lurus sebagai jalan keselamatan, selagi orang itu berada di jalan yang lurus,
pasti segala prilakunya tidak akan menyimpang. Ada dua hal prinsipil yang perlu
diketahui bahwa, Pertama; Islam tidak hanya mengatur hubungan Makhluk dengan
Khalik tapi juga mengatur hubungan makhluk dengan sesamanya, hablum minallah wa
hablum minannaas, artinya hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan sesama manusia. Bagaimana hubungan sesama manusia inilah yang perlu adanya
kepemimpinan yang dilakukan oleh orang yang ahli/mengamalkan ajaran agama,
bagaimana perilaku seorang pemimpin dan bagaimana perilaku orang dalam menerima
kepemimpinan itu dan maka itulah politik. Kedua; setiap pribadi yang beragama Islam wajib
memegang teguh tali/agama Allah, setiap tindakannya, perilakunya selalu berada
dibawah aturan Allah dan Rasul-Nya inilah jalan lurus yang wajib diyakini dan
diamalkan.
Sekarang Partai Keadilan Sejahtera dihujat
habis-habisan oleh orang-orang yang tidak senang, mereka seolah tidak mau tahu
bahwa partai ini adalah anak kandung reformasi yang lahir dari rahim reformasi
setelah tumbangnya rezim Orde Baru. Apalagi akhir-akhir ini PKS diterpa badai
dahsyat dimana Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq yang ketika menjadi Presiden PKS
dijadikan tersangka oleh KPK. Dan hal ini menjadi berita menarik bagi
media-media sekuler untuk menghantam PKS agar partai ini hancur karena
kebencian mereka terhadap perkembangan partai ini. Boleh diibaratkan tusukan
pedang yang tajam langsung ke jantung partai itu sendiri. Tapi apakah partai
oleng dan kemudian ambruk?. Ternyata diluar dugaan, jangankan oleng, bergeming
pun tidak.
Hal ini berkat kesigapan pimpinan di tingkat pusat
dalam mengelola strategi penyelamatan partai, dalam waktu pendek dan melalui
pemilihan yang singkat maka kepemimpinan partai segera diserahkan kepada Ustadz
Anis Matta yang segera menjadi Presiden partai menggantikan Ustadz Luthfi Hasan
Ishaaq yang telah mengundurkan diri karena menjadi tersangka. Dan Anis Matta sebagai
presiden partai Alhamdulillah ternyata mampu mengendalikan jalannya partai
dengan sangat baik.
Tetapi sebagai salah seorang kader PKS saya sama
sekali tidak terpengaruh, malahan semakin bertambah kepercayaan saya terhadap
PKS. Terlepas dari bersalah atau tidaknya beliau nantinya di depan hukum saya
yakin mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq tidak bersalah. Dan tidak ada
keyakinan saya sedikitpun bahwa tokoh sekaliber beliau terlibat kasus seperti
yang dituduhkan. Saya yakin suatu saat Allah pasti akan menunjukkan kebenaran
yang sesungguhnya.
Menurut analisa saya ada tiga pihak yang
memproklamirkan kebencian yang meluap-luap dan berupaya dengan ribuan cara agar
PKS dibonsai atau kalau perlu hilang dari peredaran. Pertama; Pihak penggagas dan pendukung Sepilis (sekulerisme,
pluralisme dan liberalisme), termasuk disini kaum munafik yang sangat anti
kepada partai yang berasaskan Islam dan pada dasarnya mereka anti kepada Islam
itu sendiri. Kedua; Pihak Islam KTP
yang dangkal pemahaman keislamannya, dimana mereka ini mudah terpengaruh dan
dipengaruhi serta ikut-ikutan tanpa adanya dasar pemahaman yang utuh. Ketiga; Pihak yang bergelimang dosa dan
kemaksiatan yang merasa ketakutan apabila partai Islam berkuasa maka usaha dan
propagandis mereka akan terancam dihabisi.
Berkaca dari sejarah bahwa partai Islam dan para
tokoh-tokoh Islam yang taat selalu dimusuhi oleh penguasa yang sekuler, karena
dari dulu sampai sekarang partai yang berdasarkan Islam selalu dicurigai, sejak
zaman orde lama sampai orde baru tokoh politik Islam selalu terpinggirkan
bahkan banyak yang di-kandangsitumbin-kan. Karena apa, karena satu sebab,
mereka membela kebenaran dan keadilan. Setelah reformasi maka kekuatan politik
Islam kembali bangkit dan salah satunya adalah Partai Keadilan Sejahtera. Apa
mau dikata tidak seorangpun yang dapat menghambat perkembangannya apabila Allah
berkehendak. Tetapi para penguasa selalu mewaspadai, namun berhubung zaman sekarang
adalah zaman reformasi maka mereka tidak mampu mencari titik kelemahan partai
ini.
Barangkali 1001 cara diusahakan agar partai ini
hancur lebur, musnah tidak bersisa atau setidaknya ditinggalkan oleh konstituen
atau tidak lagi dipercayai oleh rakyat. Tapi Alhamdulillah Allah Yang Maha
Perkasa dan Maha Bijaksana telah menunjukkan jalan yang terbaik dan ternyata
para kader tidak bergeming sedikitpun bahkan semakin kokoh ibarat karang yang
diterjang ombak dan badai dan sedikitpun tidak bergeser.
Masyarakat pun semakin cerdas dan tidak mudah
terpengaruh dengan black campaign yang dipropagandakan oleh manusia-manusia
yang hati nuraninya tertutup, buktinya adalah dua Pilkada di dua daerah yakni
Jawa Barat dan Sumatera Utara dimenangkan oleh Calon Gubernur yang merupakan
kader Partai Keadilan Sejahtera. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Ada satu hal lagi yang perlu diluruskan bahwa ada
pendapat yang mengatakan sebaiknya ustadz atau kiyai tidak berpolitik, lebih
baik mengurus umat karena justru politik itu bukan maqamnya para ustadz, kiyai
dan ulama, kata mereka. Dari mana dalilnya mereka dapatkan bahwa tidak boleh, apakah
ada Allah dan Rasul pernah melarang? dan apakah dalam konstitusi kita ada
larangan, tidak ada sama sekali. Justru berda’wah di dalam lingkaran kekuasaan
(eksekutif, legislatif, yudikatif) dan dilakukan oleh ustadz, kiyai atau buya
yang kebetulan berada di dalam pemerintahan, itu sebetulnya sangat tepat dan
efektif, bukan berarti da’wah diluar itu tidak tepat, karena seorang yang punya
pengetahuan/mengamalkan agama yang aktif di pemerintahan lebih mampu
memperbaiki roda pemerintahan bila ada penyimpangan, setidaknya memberikan
contoh yang baik kepada rakyat, bahwa pemimpin itu seharusnya seperti apa,
karena kita sama tahu bahwa teramat sangat besar godaan di dalam kekuasaan itu.
Islam Yes, Partai Islam No sudah tidak masanya, dan harus dibuang jauh-jauh
karena istilah itu sudah usang dan dipopulerkan oleh orang-orang yang berpaham sekularisme.
Mari kita berfikir jernih, bagaimana mungkin
sebagai seorang muslim, sebagi mukmin kita akan rela kepemimpinan di
pemerintahan itu dikuasai oleh orang-orang non Islam dan orang-orang sekuler?,
Islam KTP dan orang-orang liberal?, bagi orang-orang yang agamanya (Islam) kuat
pasti hati dan perasaannya merasa sakit. Kecuali bagi yang di hatinya ada
penyakit kronis. Padahal memilih para pemimpin dari kaum kafir jelas diharamkan
dalam Islam dan tentu saja berdosa, juga berlaku untuk yang mengaku muslim tapi
tidak mau dan tidak pernah membela kepentingan umat Islam.
Belum ada sejarahnya pemimpin negara ini memenuhi
harapan rakyat banyak dalam kepemimpinannya, semuanya menyisakan masalah,
bukannya bebas dari masalah justru semakin dihimpit oleh berbagai masalah
sehingga rakyat banyak semakin menderita. Saya melihat secercah harapan itu
masih ada dan Partai Keadilan Sejahtera memenuhi harapan itu, karena mempunyai
kekuatan kader yang sangat solid bila diberikan kesempatan memimpin negeri ini.
Saya yakin untuk ke depan PKS akan tetap istiqamah
didalam garis perjuangannya dan tetap Bersih, Peduli dan Profesional dan selalu
siap bekerja untuk Indonesia, meskipun dizalimi secara bertubi-tubi dan difitnah
secara membabi buta oleh orang-orang yang buta mata hatinya. Doa orang yang
terzalimi didengar dan pasti diijabah oleh Allah Swt. Insya Allah. Saya
menghimbau kepada Antum para kader PKS, Ikhwan dan Akhwati fillah, Istiqamahlah dalam jalan dakwah, hindari
godaan duniawi, perbanyak amal untuk akhirat dan selalu beristighfar. Saya
masih ingat pesan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Ustadz Tifatul Sembiring,
ketika menghadapi pemilu tahun 2009:
”Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ikhwani/Akhowati fillah... Kita berada dalam shaff da’wah ini adalah sebagai
prajurit-prajurit, putra-putra da’wah. Pelanjut risalah... Anak panah dari
sekian banyak anak-anak panah Allah swt... Semangat telah dikobarkan... Segala
pikiran telah dicurahkan... Tenaga dan pekikan telah dikumandangkan... Secuil
harta yang kita punya telah diinfakkan... hanya saja... Mungkinkah semua ini
membebaskan kami, ya Allah, dari siksa neraka Mu...Ya Allah ampunilah kami...”
Mari kita cerahkan semangat
dalam hati kita dengan mendengar bait-bait syair, gambaran sang pejuang da’wah
yang cita-citanya untuk menjadi syuhada akhirnya dikabulkan oleh Allah:
Majulah... Hai pembela Allah
Majulah... Hai penegak kebenaran dan
keadilan
Bendera telah berkibar
Langkah suci harus terus berderap
Kenapa berhenti !!!
Kenapa !!!
Apakah karena Abdurrahman telah mati
Tidak !!!
Tidak !!!, Hai saudara se Islam
Jangan sampai berhenti
Hai yang penyebar keagungan Islam
Dan penyampai da’wah
Harus diwujudkan bangunan yang kokoh
Bendera Islam harus kita jaga
Agar tetap berkibar
Dan amanah di pundak kalian semua
Hingga hari akhir
Abdurrahman Al-Ghafiqy
Kepada Saudaraku sesama umat Islam
mari kita perkuat Ukhuwah Islamiyah karena musuh Islam akan sangat senang
apabila umat islam saling berselisih paham, mereka akan bergembira bila umat
Islam saling bertengkar, mereka akan tertawa bila umat Allah ini saling
menjatuhkan dan mereka akan bersorak bila umat Rasulullah ini saling bermusuhan.
Ya Allah berilah kekuatan kepada umat-Mu ini dalam menghadapi fitnah dunia,
dalam mengharap Keredhaan-Mu dan dalam menggapai Surga-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar