NAGARI KAPAU
Oleh: Muslih Sayan
Kapau VI Suku, adalah suatu Kenagarian dan merupakan pemerintahan
terendah di Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam. Letak tepatnya
dari pusat kecamatan sekitar 2kmke utara dan 6 km ke selatan , adalah
pusat kota Bukittinggi. Jadi sebelah selatanNagari Kapau
berbatasan langsung dengan Mandiangin (Kota Bukittinggi).
Secara geografis, batas Nagari Kapau adalah: Sebelah utara berbatas
dengan nagari Koto Tangah dan Gadut. Sebelah selatan berbatas dengan
Mandiangin (Kota Bukittinggi) dan Ampek Angkek. Sebelah timur berbatas dengan Koto Merapak
(Kecamatan IV Angkat Candung) Kabupaten Agam. Sebelah barat berbatas
dengan nagari Gadut.
Nagari Kapau luasnya hanya 475 ha, adalah nagari terkecil dari enam
nagari di Kecamatan Tilatang Kamang. Secara tradisional Nagari Kapau
terdiri dari 12 jorong(kampung/desa) yang ditata menjadi 3 sidang.
Kemudian nagari Kapau juga pernah dijadikan tiga desa, sesuai
jumlah sidang—yaitu Desa Induring, Desa Pandam Basasak dan Desa Pasir.
Namun setelah muncul UU No.22/1999, Sumatra Barat kembali ke
pemerintahan nagari. Dua belas jorong di nagari Kapau adalah sbb: pada
Sidang Induring terdiri dari jorong Pandam banyak, Induring, Koto
Panalok, Cingkariang dan Padang Cantiang. Sedangkan pada Sidang Pandam
Basasak adalah, jorong Koto Panjang, Koto Panjang Hilir, Korong Tabik dan
jorong Cubadak. Ada pun untuk Sidang Pasir terdiri dari Jorong Parak
Maru, Ladang Laweh dan jorong Dengkek atau Paninjauan.
Rata-rata tiap jorong itu, warganya merantau ke semenanjung Malaysia
dan Brunai Darussalam. Dari sekitar 20.000 peduduk Kapau, hanya yang
tinggal di kampung 3.000 orang . Selebihnya merantau– lebih banyakke
Malaysia. Dan sebagian lagi merantau ke berbagai daerah/kota di
Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi tingkat pendidikan yang relative
tinggi (secara rata) pada penduduk usia muda di nagari Kapau,
telah membawa pergeseran terhadap curahan pekerjaan yang ditekuni; dari
pertanian menuju sektor jasa dan perkotaan.Gejala ini membawa dampak
semakin banyaknya lahan sawah dan ladang yang tidak diusahakan.
Akibat dari itu juga ada 40 persen rumah penduduk, diantara 110
rumah adat Minang, terpaksa ditutup karena pemiliknya banyak merantau.
Sekarang untuk mengolah sawah dan menempati sebagian rumah kosong,
diterima warga dari negri tetangga sekitarnya, termasuk dari Nagari
Candung.
Kegiatan ekonomi masyarakat yang tinggal di nagari itu umumnya
bertanam padi, sebagian bertanam sayuran. Kini sudah banyak pula yang
mengarah pada home industry; antara lain memproduksi tempe. Pemasaran
tempe ini yang biasa disebut konsumen dengan tempe Bukitinggi bukan
hanya di Sumbar tetapi juga sampai ke Riau. Begitu juga mulai
tumbuh satu-satu usaha membuat sepatu dll.
Disamping itu, usaha yang juga sudah lama digeluti mereka adalah
berjulan nasi kapau. Mereka banyak buka rumah makan Nasi Kapau di kota
Bukittinggi dan Padang. Dan kota lain di Sumbar.
Adat Koto Piliang
Nagari Kapau memakai adat Koto Piliang (Pimpiann Adat Datuk Katumanggungan) dengan adatnya bertingkat (derajat);
bapucuak bulek baurek tunggang
(berpucuk bulat dan berurat tunggang)
artinya: punya pimpinan adat tertinggi dan yang terendah. Pusakanya turun menurun., besarnya tidak digilirkan.
Tidak sama dengan adat Bodi Caniago yang juga dipakai di Minangkabau
dengan(Pimpinan Datuk Perpatih Nan Sabatang), yang berprinsip,
bulek aia ka pambuluah, bulek kato kamufakaik, pusakonyo gadang balega, duduak samo randah, tagaknyo samo tinggi.
(bulat aie ke pembuluh, bulat kata dengan mufakat, besarnya seseorang di gilirkan, duduk sama rendah, tegaknya sama tinggi).
Artinya, bodi chaniago lebih demokratis.
Jumlah suku di Kapau ada sembilan (9) suku; masing-masingnya suku
Jambak Gadang, Malayu, Koto, kemudian bergabung dalam satu suku (rumpun)
Guci, Pili. Dan sukuTanjung, Pisang, Simabua tergabung pula dalam satu
rumpun. Kemudian suku Jambak Kaciak berdiri sendiri. Dengan demikian, ada
yang digabungkan menjadi 6 suku (rumpun), dipimpin masing-masing oleh
seorang penghulu. Sehingga bernamalah Kapau VI Suku.
Dalam adat enam suku,
basuku ba induak babuah parut, kampuang dibari ba nan tuo, rumah dibari batungganai, panghulu nan anam suku (panghulu pucuak),
itulah yang akanjadi hakim tertinggi dalam Nagari Kapau atapun menurut adat
mamacik arek, mangganggam taguah
tediri dari: Datuak Bandaro sebagai penghulu suku Jambak Gadang,
Dt.Mangkudun, penghulu suku Melayu,Dt. Palimo, penghulu sukuKoto, Dt.
Tandilangik, penghulu suku Guci dan Pili, Dt.Panduko Basa, penghulu
suku Tanjuang, Pisang dan Simabua,Dt. Indo marajo, penghuilu suku
Jambak Kacik.
Penghulu yang berenam di atas diberi pituo (diingatkan),kalau tumbuh
menurut adat Datuk Bandaro, kalau tumbuhmenurut syarak Dt. Mangkudun,
maka keduanya dibesarkanmenurut adat dengan kata mufakat. Kalau
melekatkan pusakakedua orang itu ditambah dengan seekor sapi.
Sedangkanmengangkat Ninik Mamak (penghulu baru) yang satu
induk,masing-masing seekor kerbau. Tetapi Datuk Bandaro danDatuk
Mangkudun, satu ekor kerbau dan satu ekor sapi.
Itulahsebabnya Datuk Bandaro dan Datuk Mangkudunsebagai pucuk bulek
dalam sukunya masing masing dan pucukbulek dalam yang enam suku.
Penempatan pucuk bulek ini berpedoman kepada yang mula-mula turun dari
Bukit Kapau keKapau sekarang.
Kedua penghulu ini jugalah yang akan menyelesaikan,memutuskanbiang,
manabuakan dengan kato nan hak dalamadat, bila ada perselisiahanpaham
di antara ninik mamak yangenam suku ini.
Sidang dan nagari, secara tradisional mempunyaisarana/kekayaan
nagari; antara lain menjadin inventaris nagariadalah pasar, balai adat,
irigasi. Prasarana lain seperti sekolah,mesjid surau, jalan dan
jembatan relative memadai.
Beberapa sarana dan prasarana nagari Kapau adalah: rumahadat 110 buah,
rumah permanen 259, rumah kayu 277 buah,pondok 31 buah, TK 2, SD 3, SMP
1, MDA/MTI 4, mushalla22, mesjid 3, posyandu 12, lapangan bola kaki 2,
lapanganolahraga lain 21, gilingan padi 2.
Monografi Nagari Kapau
Menurut cerita atau paparan urang tua-tua dalam NagariKapau, tatkala
Nagari Kapau belum ditempat orang, tersebutdalam tambo Nagari Kapau,
yang telah disahkan oleh kerapatanninik mamak Enam Suku pada tahun 1913.
Dikisahkan, pada masa dahulunya berangkatlan 4
(empat)kumpulan/rombongan dari Pariangan Padang Panjang: yaitu
1.Kapau,2.Kurai,3.Sianok,4.Koto Gadang. Berapa lama masaperjalanan
tidak disebutkan. Keempat rombongan itu sampailahdekat batas Agam
dengan Tabek Patah dekat Nagari TanjuangAlam. Maka tiap-tiap kumpulan/
rombongn itupun berhentilahdi suatu tempat. Kemudian dengan pengambilan
tempatmasing-masing rombongan itu. Berapa banyak satu rombonganitu
tidak ada yang data menjelaskan.
Orang Kurai berhentilah di sana itu, tempat sekarangbernama Padang
Kurai dan Orang Koto Gadang pun berhentipula di situ, yang sekarang
tempat itu bernama Koto Gadangdan Sianok. Demikian pula sampai sekarang
bernama Sianok.
Begitu pula urang Kapau berhenti pula ditempat itu, yangsampai
sekarang nama kampung itu masih Kapau, yaitu dibawah kayu kapur atau
dimana tumbuh kayu itu yang bernamaBukit Kapau. Berapa lama di tempat
itu tidak ada satu sejarahatau tambo maupun riwayat yang menerangkan.
Tapi keempatrombongan itu pasti berhenati di tempat itu.
Karena kampung atau tempat itu bertambah sempit, makatimbulah
pemikiran bagi orang Kapau hendak mencari danmembuat suatu Nagari lain
atau tempat, begitu pula denganorang Kurai, Sianok dan Koto Gadang.
Keempat rombongan itu turunlah ke tempat masing –masing.Sekarang
meninggalkan pusaka amanat di tempat yangditinggalkan itu. Orang Kapau
meninggalkan amanat sebuahLesung Batu yang terletak di Bukit Kapau di
atas telaga (satulubuk yang luas) di bawah Batuang Tungga (bambu
tunggal).Orang Kurai meninggalkan pusaka atau amanat Sisiak
Tabiang,yang sekarang tersebut Sisiak Tabiang urang Kurai di kakigunung
Marapi atau Kurai Atas. Sianok meninggalkan pusakaatau amanat sebuah
Lasuang Duato, ataupun sekarang amanatitu Lasuang Luluih di Koto Gadang.
Mulai Membuat Nagari
Orang Kapau pun mengutus dan menyusun sebuah badan untukpergi
meninjau atau melihat dimana tanah yang lebar dan suburuntuk membuat
Nagari. Maka majulah suatu badan yangdiketui induak Datuk Bandaro,
Jambak 6 (enam) induak. Makaberjalanlah bersama-sama dan sampai di
suatu tempat di didekat Simpang Sungai Jernih. Kenam badang (induak)
itumenuju matahari mati dan kemudian sampailah ke kampungKoto kini.
Waktu itu belum ada kampung, melainkan rimba dansemak belukar. Orang
itu memeriksa di sekeliling Koto yangsekarang ini, maka diberi khabar
kepada orang Kapau yangtengah berada di Bukit Kapau.
Kemudian datanglah orang Melayu nan 7 (tujuh) induakuntuk
menyaksikan, yang dikepalai oleh Datuk Mangkudun. Karena sudah terbukti
tanah itu baik, luas dan subur; makadiberilah khabar sekali lagi ke
Bukit Kapau. Maka semua orangyang berada di Bukit Kapau itu turun
mandapek (menuju)kampung Koto kini. Seperti dari suku
Tanjuang,Pisang,Simabua,3 (tigo) inyiak,Guci Pili6 (enam) induak,suku
Koto 3 (tigo) induak, jambak Kaciak 2 (duo) induak.Mana dari keempat
suku ini dahulu tiba di Koto sekarang ini,tidak ada yang tahu.
Setelah hadir keenam suku ini maka dimulailah menebas/malaco,
menentukan lahan masing-masing serta membuattempat tinggal. Kemudian
dibuat taratak untuk berjaga-jaga dipintu Koto, yang menghadap ke Koto
Marapak, Nagari AmpekAngkek sekarang. Kemudian mereka juga membuat
ladangbersama yang disebut Ladang Laweh. Tetapi karena ladang initidak
dapat ditanami karena berbatu dan runcing (dangka) makaterkenal namanya
yaituDangke k, yang akhirnya menjadi namajorong.
Setelah itu nenek moyang orang Kapau juga sepakat untukmembuat kebun
bersama ke luar kampung Koto itu, yaitu dijorong Parang Maru sekarang
ini. Asalnya Parak Baru (parakjolong ada). Begitu pula jorong Koto
Panjang berasal darimenebas semak belukar. Anak keponakan makin ramai
makaditebas lagi hutan, maka dinamai kampung itu PandanBacantiang—yang
berasal dari kata santiang (bagus) dan ada juga yang menyebut berasal
cari alat peragi kain canting. Berturut-turut dibangun kampung Induriang
yang berasal darinama kayu during. Karena tempatnya di ketinggian
makabernamalah kampung Guguak Induriang. Penebasan lahan diteruskan ke
wilayah yang banyak pandannya maka bernamalah kapung Pandan Banyak.
Setelah kampung didiami, sudah ada Koto, Taratak, maka dibuat
parit-parit ditanam aur berduri, akan menjadi pagar bernagari. Untuk
mencukupi syarat suatu Nagari; sudahberumah, bertangga, balabuah
(jalan), batapian tampek mandi (MCK), maka didirikan pulai suati balai
(pasat) di tengah Nagari Kapau, sampai sekatang bernama Tangah rang
Kapau(disebut juga Baruah Balai antara kampung Koto Panjang Hilirdengan
kampung Padang Cantiang.
Sementara itu mesjid nagari berdiri di kampung Induriang Balai Tangah
rang Kapau, gobah di kampung Koto, tempatberapat 6 (enam) suku, 6
(enam) pulo batu balega kedudukanPenghulu 6 Suku. Taratak menjadi Koto,
kemudian menjadidusun dan kemudian menjadi nagari. Maka lengkaplah
sudahdan jadilah Nagari, yang bernama Nagari Kapau. Mengambilkeasalan
dari nama tempatbernama sebelum turun ke Kapauini, adalah Kapau di
batas Agam-Tanah Datar dekat NagariTanjung Alam, di tempat tumbuhnya
batang kayu bernamaBukit Kapau.
Berbagai keistimewaan
Anak Nagari Kapau juga mempunyai beberapa keistimewaan diantaranya
suka merantau.Ke semenajung Malaka (sekarangMalaysia), sudah dirintis
sejak tahun 1912. Dari cerita yangdiwariskan, masa itu belum ada
angkutan umum. Orang yangmerintis pertamamerantau ke Malaysiatahun 1912
itu adadua orang; masing-masing bernama H. Abas dan H.Mohammad Rahmani.
Keduanya merantau ke Seremban,Negeri Sembilan. Mereka waktu ituberjalan
kaki, naik perahuserta angkutan tradisional pedati. Dari Kapau ke
Pekanbaru adasekitar 200 km. Kemudian naik kapal melalui sungai Siak
danterus ke Malaysia.
Maka pada awal-awalnya dahuluorang kapau pergimerantau ke Malaysia
dengan berbekal kepandaian membuatpeci. Akhirnya kepandaian ini
berkembang. Sehingga padaberbagai kotadi Malaysia ditemukan orang Kapau
membuatpeci. Dan memang pada awalnya dahulu tukang peci punyakedai
jahit. Usahaitu sangat laris antara tahun 1920-an, 1930-an dan 1940-
an. Banyak orang Kapau yang kaya dengan usahapeci ini.
Setelah tahun 1950, apalagi setelah Malaysia Merdeka 1957,negeri ini
sudah makin maju, orang sudah kurang membelipeci. Maka orang Kapau
mengganti usahanya dengan jualannasi, sehingga disemua negri, mulai
dari Alhosta sampai keJohor orang Kapau menjual nasi—begitu juga di
Perak,Kangsar, Kualalumpur, Johor, Kajang. Pokoknya seluruh kota ada
orang Kapau jual nasi dan kedai minuman dan makanan. Khusus di Jakarta
Yayasan Perantau Kapau Jakarta dan Bandung telah berhasil mempatenkan
Nasi Kapau dengan AgnoJ 95-8351/94yang dikeluarkan Dirjen Hak Cipta,
Paten dan Merek 12 September 1996.
Kembali pada peratau Kapau di Malaysia, pada jual nasi kapaulah orang
Kapau mulai menyekolahkan anaknya.Sehingga tahun 1960-an -1962 sudah
ada dokter orang Kapau..Keistimewaan lain dari Anak Nagari Kapau
adalah, dibawahkepemimpinan penghulu dan ulamanya dalam
pembangunansudah terlihat sejak 184 tahun lalu.Pada masa Perang
Padri(1821), nagari Kapau telah memperlihatkan betapa keyakinanterhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga rela mengorbankanjiwanya untuk
mempertahankan agama Islam dari tantangankaum penjajah waktu itu.
Seorang ulama besar, Tuanku Bansa(Tuanku Mensiang) gugur dalam
perperangan. Dimakamkanditempat gugurnya karena orang takut mengangkat
jenazahnyayang dianggap suci itu.
Di zaman revolusi fisik Nagari Kapau berada di front terdepan dalam
penyediaan makan berupa nasi bungkus bagi pejuang RI, sesuai dengan
taktik perang gerilya. Setiap tentara Republik bergerak ke Bukittinggi,
di Kapau disambut dengan nasi bungkus dan juga bekal untuk makan
keesokan harinya. Bila Belanda mencium kejadian itu, mereka tidak
segan-segan membumihanguskan rumah penduduk.
Sumber:
1) wawancara dengan Wali Nagari Kapau MasnirRasyidin
2) wawancara dengan pemuka masyarat Kapau diPadang, serta
3) diangkat buku “Kapau Nagari Kito”
SEJARAH RINGKAS BERDIRINYA MTI KAPAU
Pada tahun
1929 di nagari Kapau diadakan musyawarah antara beberapa tokoh masyarakat
dengan pimpinan nagari yang menghasilkan keputusan akan mendirikan Sekolah
Agama yang bertempat di Pandam Basasak Kenagarian Kapau. Alhamdulillah pada
waktu itu dengan usaha yang gigih para tokoh tersebut berdirilah sekolah agama
dengan 7 (tujuh) ruang belajar. Pelopornya adalah Hamzah Dt.Batuah yang menjabat Kepala Nagari (1913-1931) dan
dibantu oleh Inyik Syech Abdurrahman,
Dt.Sajatino, Haji Abbas Chatib,
Dt.Malano, Haji Muhammad Amin, Yang Basa Tuo dan lain-lain.
Atas
inisiatif beliau-beliau itulah sehingga pada tanggal 28 Juli 1929 diresmikanlah
pembukaan sekolah ini oleh Inyik Syech
Sulaiman Ar-Rasuly (Inyik Candung) dan diberi nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah (
MTI ) dengan lama belajar 7 tahun. Dikepalai oleh Buya H.Muhammad Nur Tuanku Mudo dengan guru-guru seperti Abdul Salam Malin Saidi, Haji Gazali, Ramli
Tuanku Muhammad, Haji Sjarbaini, Dt.Doto Basa, Rasjidin Kari Bagindo, Malin
Kayo dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Beliau semua
telah mengorbankan tenaga dan pikiran untuk mengajar secara sukarela.
Dalam
meningkatkan dana sekolah sebanyak-banyaknya maka diadakan wadah Wirid
Pengajian sekali seminggu yang disponsori oleh Inyik Syech Abbas Qadhi dari Bukittinggi. Demikianlah sekolah ini
berjalan dari masa ke masa dengan baik dan pada tahun 1942 sekolah telah
memberikan ijazah kepada murid-murid sebanyak 40 (empat puluh) orang.
Setelah
zaman kemerdekaan sekolah tidak luput dari pasang surut dan maju mundurnya
sampai pada masa pergolakan daerah PRRI tahun 1957, hingga akhirnya sekolah
yang menjadi kebanggaan masyarakat Kapau ditutup sama sekali pada tahun 1958
sampai tahun 1975.
Kemudian
dari itu pengurus yang selama ini tidak bekerja lagi kembali mengadakan rapat
untuk membentuk pengurus baru yang akan bekerja keras dan gigih dan dengan
menghimpun suatu kekuatan untuk kembali “Mambangkik Batang Tarandam”. Maka pada tahun 1975 Pengurus baru
pun terbentuk yang dipimpin oleh Syech Rasjidin Kari Bagindo (Inyik
Chatib) dan memberi kepercayaan kepada Ustadz
Zul’aidi Ml.St.Alamsyah,BA sebagai Kepala Sekolah. Kemudian setelah itu
sekolah secara berturut-turut dipimpin
oleh Ustadz-ustadz : Suardi. AM, BA
(1980-1989), Drs.H.Zul’aidi Ml.St.Alamsyah
(1989-1993), Drs.A.Malik Rahman
(1993-1996), Drs.Bachtiar Tandjung (1996-1999) Drs.Muhammad Yarnani (1999-2005) Drs. A.K.Dt.Nankodoh Rajo (2005-2007), Drs. Abbas H.I (2007-2010) dan Drs. Marjohan, M.Pd (2010-Sekarang)
Pada tahun
1989 setelah wafatnya Buya Rasjidin Kari
Bagindo (1986), pengurus dipimpin oleh H.Hashuda
Dt.Madjo Nan Tuo (Ketua I), H.D.S
Mangkuto (Ketua II) dan Aminuddin
Dt.Bagindo Basa (Ketua III). Kemudian tanggal 18 Mei 1998 (akta Notaris
Yulfaisal, SH Nomor: 10) didirikan Yayasan MTI Kapau oleh para pendiri yaitu: Aminuddin Dt.Bagindo Basa, Haji Muhammad Noer Amin, Haji Daiman St.Mangkuto,
Haji Firdaus Efendi, A.H, Umi Aisyah dan Ibuk Sabidar. Sesuai Akta Yayasan maka Badan Pengurus dipimpin oleh
Aminuddin Dt.Bagindo Basa sebagai Ketua Umum sampai beliau
wafat tanggal 22 Mei 2000 dan kemudian dipimpin oleh H.M.Noer Amin St.Mangkuto sampai beliau wafat tanggal 10 November
2003.
Kemudian Pengurus Yayasan MTI
Kapau dipimpin Ketua Umum yaitu Yendraldi, S.Pd ( 2004-2009) dan Drs.
H.Zuiyen Rais, MS sebagai Ketua Badan Pendiri Yayasan. Sekarang Ketua Umum
Yayasan MTI Kapau adalah Drs.Yefferson, SH,MA Dt.Lurah dan Drs. H.Zuiyen Rais,
MS sebagai Ketua Pembina Yayasan untuk periode 2009-2014. Pimpinan Pondok Drs.
Marjohan, M.Pd, Wakil Kepala Bidang Pendidikan Zaituni, S.Ag, Wakil Kepala
Bidang Kesiswaan Safrinal, SHI dan Wakil Kepala Bidang Humas Dukman Khatib
Bandaro.
Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah
Islamiyah Kapau terdiri atas dua tingkatan yaitu tingkat Tsanawiyah dan tingkat
Aliyah. Untuk
Tingkat Tsanawiyah pada tahun 1997 telah diberikan akreditasi Status Diakui dan
tingkat Aliyah Status Terdaftar. Sejak dibangun kembali tahun 1975, MTI Kapau
telah berkembang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, terutama Pimpinan
dan Guru-guru yang berpengalaman dan ditunjang sarana dan prasarana yang cukup
memadai. MTI Kapau juga telah menamatkan ribuan murid yang sebahagian besar
melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan banyak yang telah berhasil di segala
bidang.
PENDIDIKAN OPSIR DIVISI BANTENG
Gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan militer di Sumatra Barat sudahmuncul ketika Ismael Lengah menjadi Ketua *Balai Penerangan Pemuda Indonesia(BPPI) pada awal proklamasi 1945. Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya perang dengan pihak Belanda diperlukan tenaga-tenaga militer yang terdidik danterlatih baik. Terutama untuk eselon pimpinan. Semangat para pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan memang tinggi, tetapi pada umumnya mereka belum pernah mengalami pendidikan militer.Ismael Lengah diminta oleh Kolonel Dahlan Djambek agar bersedia menjadiKomandan Resimen 3 di Padang. Ismael Lengah bersedia dengan syarat ia diizinkanmerealisasikan gagasannya untuk menyelenggarakan pendidikan militer. Iameyakinkan Dahlan Djambek perlunya menyiapkan kader-kader yang berkualitassebagai pengganti perwira yang ada, jika sewaktu-waktu mereka meninggalkan arena perjuangan.Menurut Ismael Lengah, dalam perang bukan diperlukan semangat, tetapi juga pemimpin yang mampu berpikir secara rasional, mampu bertindak cepat danmemilikidisiplin serta keahlian. Dahlan Djambek menyatakan kesediaannya. Gagasandiangkat ke tingkat Divisi. Pendidikan dan latihan itulah yang kelak dikenal dengannama Pendidikan Opsir Divisi Banteng.
sebagai Militer Akademi Perjuangan seperti halnya diYogyakarta dan Tangerang.Ismael Lengah diangkat sebagai Kepala Sekolah dan Mayor Munir Talu sebagaiWakil Kepala Sekolah, juga memberikan pelajaran taktik militer. Pelatih terdiri dariLettu Rasyid, Lettu Kamal Mustafa dan Lettu Syu'ib yang semuanya berpendidikanMinarai Sikan (kadet Gyu Gun), memberikan pendidikan latihan fisik dan pertempuran yang dititikberatkan pada perang gerilya dibantu Sersan Mayor Baharuddin, Sersan Zakaria, Sersan Ali Amran, Sersan Maaruf, Kopral M. Sirin,Kopral Ilyas, dan Kopral Rusli.Beberapa kali terjadi perubahan pelatih, karena terjadi mutasi dan sebagainya.Pendidikan dan latihan berorientasi kepada pendidikan dan latihan angkatan daratJepang (Nippon Rikugun) dengan penekanan semangat dalam hal yang praktis.Ditambah dengan latihan menurut sistem Belanda. Sasaran yang ingin dicapai ialahmenciptakan perwira setingkat Shodantyo dalam tentara Pembela Tanah Air (Peta) diJawa atau Shotaityo dalam kesatuan Gyu Gun di Sumatra, mata pelajaran kemiliterandan non militer.Pendidikan berlangsung dua tahap
Pada tahun 1958 di daerah Sumatra Barat dan Riau meletus pemberontakan PRRI,sebagian kadet yang bertugas pada KDMST (Komando Daerah Militer SumatraTengah), ikut terlibat. Ada di antaranya tewas dalam pertempuran. Sesudah pemerintah memberikan amnesti dan abolisi, mereka dipensiunkan.
Gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan militer di Sumatra Barat sudahmuncul ketika Ismael Lengah menjadi Ketua *Balai Penerangan Pemuda Indonesia(BPPI) pada awal proklamasi 1945. Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya perang dengan pihak Belanda diperlukan tenaga-tenaga militer yang terdidik danterlatih baik. Terutama untuk eselon pimpinan. Semangat para pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan memang tinggi, tetapi pada umumnya mereka belum pernah mengalami pendidikan militer.Ismael Lengah diminta oleh Kolonel Dahlan Djambek agar bersedia menjadiKomandan Resimen 3 di Padang. Ismael Lengah bersedia dengan syarat ia diizinkanmerealisasikan gagasannya untuk menyelenggarakan pendidikan militer. Iameyakinkan Dahlan Djambek perlunya menyiapkan kader-kader yang berkualitassebagai pengganti perwira yang ada, jika sewaktu-waktu mereka meninggalkan arena perjuangan.Menurut Ismael Lengah, dalam perang bukan diperlukan semangat, tetapi juga pemimpin yang mampu berpikir secara rasional, mampu bertindak cepat danmemilikidisiplin serta keahlian. Dahlan Djambek menyatakan kesediaannya. Gagasandiangkat ke tingkat Divisi. Pendidikan dan latihan itulah yang kelak dikenal dengannama Pendidikan Opsir Divisi Banteng.
Sebagai Komandan Resimen, Ismael Lengah mulai menyusun rencana yang lebihkonkrit. Tempat pendidikan ditetapkan Bukittinggi, sebab kota itu tempat kedudukanDivisi. Fasilitas untuk pendidikan militer dianggap cukup tersedia. Bukittinggiterletak di pedalaman, cukup jauh dari serangan mendadak dari Padang, gangguanterhadap kelancaran pendidikan relatif kecil.Panggilan terhadap calon lebih banyak dilakukan melalui pemberitaan lisan,dibanding media massa seperti radio dan surat kabar. Calon yang akan mengikutilatihan diharapkan dari kalangan pelajar sekolah menengah. Ternyata pendaftar sangat besar, bahkan sebagian besar berpendidikan yang lebih rendah.Sileksi dilakukan melalui test fisik, kesehatan dan pengetahuan umum sertasemangat. Tim kesehatan diketuai Let. Kol. Nazaruddin; pengetahuan umum olehTim Mayor Laut Sulaiman dibantu Komisaris Raden Djojo dari Kepolisian.Test fisik dilakukan calon dengan berlari mengelilingi kota Bukittinggi. Lebihseperdua tidak berhasil mencapai garis finish dan mereka dinyatakan gugur. Calonyang lulus test fisik mengikuti test pengetahuan umum dan semangat. Kemudianmereka dikumpulkan mereka mengikuti test kesehatan di Rumah Sakit pimpinan dr. Nazaruddin dan dr. Hasan Sadikin. Terakhir wawancara dengan Ismael Lengah bersifat menjajagi mental mereka untuk masuk pendidikan militer.Calon yang diterima pada umumnya pelajar yang pernah mengikuti MULO(setingkat SLTP), AMS (setingkat SMA), HBS (pendidikan guru), dan SekolahThawalib. Ada yang berpendidikan lebih rendah, namun mereka yang telah mengikutilatihan Gyu Gun ataupun latihan Seinendan dan Kaibodan di zaman Jepang.Dalam pidato pembukaan Ismael Lengah menantang dan menguji ketahananmental dan menggugah semangat para calon. "Mungkin tidak semua kamu akansanggup mengikuti latihan yang bakal keras dan kasar ini. Apalagi kamu manusia biasa. Kamu di sini disiapkan untuk perang, untuk berontak, untuk merdeka….. tidak untuk lain-lain."Yang lulus test berjumlah 96 orang. Pada tanggal 17 Februari 1946dilangsungkan pembukaan resmi oleh Komandan Divisi III, Kol. Dahlan Djambek.Lembaga pendidikan tersebut dikenal dengan nama Pendidikan Opsir Divisi Banteng Sumatra Tengah
sebagai Militer Akademi Perjuangan seperti halnya diYogyakarta dan Tangerang.Ismael Lengah diangkat sebagai Kepala Sekolah dan Mayor Munir Talu sebagaiWakil Kepala Sekolah, juga memberikan pelajaran taktik militer. Pelatih terdiri dariLettu Rasyid, Lettu Kamal Mustafa dan Lettu Syu'ib yang semuanya berpendidikanMinarai Sikan (kadet Gyu Gun), memberikan pendidikan latihan fisik dan pertempuran yang dititikberatkan pada perang gerilya dibantu Sersan Mayor Baharuddin, Sersan Zakaria, Sersan Ali Amran, Sersan Maaruf, Kopral M. Sirin,Kopral Ilyas, dan Kopral Rusli.Beberapa kali terjadi perubahan pelatih, karena terjadi mutasi dan sebagainya.Pendidikan dan latihan berorientasi kepada pendidikan dan latihan angkatan daratJepang (Nippon Rikugun) dengan penekanan semangat dalam hal yang praktis.Ditambah dengan latihan menurut sistem Belanda. Sasaran yang ingin dicapai ialahmenciptakan perwira setingkat Shodantyo dalam tentara Pembela Tanah Air (Peta) diJawa atau Shotaityo dalam kesatuan Gyu Gun di Sumatra, mata pelajaran kemiliterandan non militer.Pendidikan berlangsung dua tahap
.
Latihan tahap pertama, latihan fisik berlangsung selama tiga bulan penuh. Latihan berlangsung siang dan malam, berat dan keras. Mata pelajaran yang diberikan adalah: Pertempuran, meliputi:latihan dasar perseorangan, latihan perang berkelompok (regu,seksi/peleton dankompi; perang malam serangan dengan darah dan daging terhadap tank, truk dan
bangunan, perang gerilya.) dan Pengetahuan senjata ringan, senapan mesin,senjata berat (senapan mesin berat, meriam dan mortir. Latihan kesatuan kecil,tentang ilmu medan (peta dan kompas) dan organisasi militer.Latihan jasmani, bela diri: silat senam militer dan halang rintang. Pengetahuan umum: urusandalam, ideologi negara, soal kepolisian, hukum/tatanegara, kesehatan,administrasi dan Ceramah agama, cerita kepahlawanan, sejarah perjuangan bangsa, ceramah meningkatkan semangat dan disiplin.
pada kesatuan-kesatuan mereka ditempatkan. Peranan kadet selama Agresi kedua,memimpin pasukan-pasukan di front., baik di Sumatra Barat, maupun di Riau.Sesudah perang kemerdekaan berakhir, Divisi IX Banteng diciutkan. Ada yangmengundurkan diri dari dinas ketentaraan, ada yang dipindahkan kesatuan lain danada pula mendapat pendididikan lanjutan, seperti Pendidikan Pelatih Infantri (SPI),Pendidikan Artileri, Pendidikan Polisi Militer, Pendidikan Corps Intendans AngkatanDarat (CIAD). Ada kadet yang mencapai perwira tinggi dan diplomat (May.Jen Nasrun Syahrun,SH, May Jen Durmawel, SH}, Hakim Agung (Brigadir JendralSyafiar, SH, Danny,SH), anggota DPR Kol. Imran, Nurdin Yasin), Bupati (Taswar Akib dan Jamaris Yunus, Burhanuddin Putih, Sulaiman Zulhudi).
Selama bulan pertama siswa tidak boleh meninggalkan asrama. Latihan siang danmalam, berjemur di panas terik matahari, malam di tengah hawa dingin kota pergunungan Bukittinggi, dalam keadaan perut keroncongan. Setelah sebulan, calon berhak memakai pangkat prajurit satu. Sudah itu mereka boleh keluar asrama danmemperoleh pengalaman baru namun meletihkan. Kepada setiap tentara yang ditemuimereka harus memberi hormat.Pada akhir bulan kedua sejumlah kadet dikirim ke front utara (Pasar Usang) untuk memberi bantuan melatih prajurit baru. Pangkat mereka dinaikkan jadi kopral akhir bulan kedua dan sersan akhir bulan ketiga. "Tidak semua kadet tahan menjalanilatihan berat dan dikatakan tidak beri kemanusiaan", menurut Taswar Akip kadetangkatan kedua.
Latihan tahap kedua
, diikuti 84 orang dan yang bertahan mengikuti latihan dari96 kadet tahap pertama. 60 orang kadet dilantik jadi Opsir Muda, 16 orang menjadiSersan Mayor kadet dan 8 orang Sersan kadet. Mereka dikirim ke kesatuan tingkat batalyon mengikuti praktek lapangan mengenal kehidupan militer secara nyata dan bentuk sesungguhnya, tinggal di asrama yang lebih buruk, secara langsung berhadapan dengan situasi perang sekitar kota Padang. Namun mereka mengalamikehidupan yang lebih baik, makan teratur di dapur umum dan mendapat pelayanankesehatan bagi mereka yang luka oleh palang merah remaja. Mereka memperoleh pengalaman, perang kemerdekaan adalah perang seluruh rakyat. Selama tiga bulan, para kadet memperbaiki disiplin dan menyesuaikan diri, mutu pasukan. Kadet yangtinggal di kesatuan di daerah jauh menderita, baik makanan maupun tempat tinggal.
Latihan tahap ketiga,
kembali berkumpul di asrama Bukit Apit mendiskusikan pengalaman. Terakhir kadet ke front Padang Timur yang di pusatkan di Kuranji.Kadet menghadapi perang sesungguhnya dipimpin Kapten Sjoe'ib. Pendidikanterakhir siswa kadet harus menyamar dan menyelusup ke dalam kota Padang, suatutugas yang sangat berbahaya, karena Belanda mendirikan beberapa titik pengam atan
keluar masuk kota. Kadet harus berkumpul kembali sebelum pukul 18.00 di Kuranji.Ternyata ada beberapa orang yang terlambat. Ketika mereka akan kembali, Belandamelakukan razia dan penggeledahan karena mendapat informasi ada perwira TNIyang menyusup ke dalam kota. Mereka memutuskan bersembunyi di rumah seorangCina yang membantu perjuangan. Ternyata Belanda datang ke rumah Cina tersebut.Setelah Belanda pergi, mereka diberi petunjuk menyelamatkan diri dan akhirnyasampai di Kuranji. Akibatnya seluruh kadet dapat hukuman tidak boleh tidur danmakan sebelum pukul 01.00. Mereka yang terlambat pun dapat hukuman juga,meskipun Kapten Sjoeib pun bertanggung jawab atas mereka. Latihan di front berlangsung selama 1,5 bulan dan kemudian mereka diperintah pula melatih prajuritdi belakang front di Lubuk Silasih selama 1,5 bulan. Pendidikan angkatan pertama berakhir pada tanggal 10 Nopember 19467 dan dilantik 84 orang kadet olehKomandan Tentara dan Teritorial Sumatra, Mayor Jendral Suhardjo Hardjowardojosebagai Letnan Dua, Pembantu Letnan dan Sersan Mayor.Latihan Angkatan kedua diikuti 68 peserta. Beberapa kelemahan angkatan pertama, diperbaiki pada beberapa hal. Latihan dasar sama dengan angkatan pertamaAngkatan kedua dibagi atas sektor-sektor dan ditempatkan pada batalyon KemalMustafa. Di daerah ini sering terjadi kontak dengan Belanda. Kadet memang dilatihdalam ketahanan mental, keberanian, dan disiplin yang tinggi. Sewaktu kadet bertugas di Front Utara ini, gerombolan PKI mengadakan kekacauan di daerahSungai Limau, Tiku dan Kampung Dalam. Kadet diikutsertakan dalam operasi pemberantasan. Akhir pendidikan diadakan latihan mental dengan mengambil kertasdi bawah mayat korban petempuran. Terjadi peristiwa yang menyeramkan, ketikasibuk mencari nama di bawah mayat bergerak dan memandang kepada seorang kadet.Ternyata mayat tersebut masih hidup.Akhir pendidikan 60 orang mengikuti latihan sampai selesai. tetapi mereka tidak sempat dilantik menjadi perwira. Namun selama Agresi Belanda kedua, merekamenjalankan tugas dengan baik.Pada masa konsolidasi tahun 1950, sebagian kadet telah berpangkat Letnan Dua.Pendidikan kedua angkatan menghasilkan 144 orang ditempatkan pada kesatuan-kesatuan Divisi IX Banteng. Selama 8 bulan selesai pendidikan beberapa orangmemperlihatkan kemampuan dan prestasi, dan dinaikkan pangkatnya menjadi LetnanSatu. Dalam menjalankan tugas, para lulusan Pendidikan Opsir menjadi suri teladananggota kesatuan tempat mereka bertugas. Banyak di antara mereka menjadi pelatih
Pada tahun 1958 di daerah Sumatra Barat dan Riau meletus pemberontakan PRRI,sebagian kadet yang bertugas pada KDMST (Komando Daerah Militer SumatraTengah), ikut terlibat. Ada di antaranya tewas dalam pertempuran. Sesudah pemerintah memberikan amnesti dan abolisi, mereka dipensiunkan.
Sumber:
Peringatan Hari Jadi ke-40 (17 Februari 1946 - 17 Februari 1986),
Pendidikan Opsir DivisiIX Banteng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar