Kalah,
apa itu kalah, kalah lawannya adalah menang, semua orang pasti ingin menang dan
tidak satupun yang mau kalah, Saudaraku. Kekalahan dan kemenangan pasti datang silih berganti
dalam kehidupan seseorang, meskipun kemenangan dapat diraih dan akan sudi mampir, begitu juga
kekalahan pasti telah dan akan menghampiri seseorang. Sekali lagi tentang kalah
dan kekalahan, ada yang mampu bangkit setelah mengalami kekalahan dan berhasil
menang, tapi tidak jarang yang gagal sehingga terus terpuruk sebagai orang yang
kalah.
Apakah anda pernah mengalami kekalahan?, bagaimana perasaan anda? tentu bermacam-macam. Tidak mungkin orang selalu
menang, dan tidak mungkin pula orang selalu kalah. Kalah dan menang akan datang
silih berganti. Ketika kalah sadarilah bahwa anda pernah menang sehingga anda
tidak perlu putus asa dan rendah diri, ketika menang insyafilah bahwa suatu
saat anda pernah kalah sehingga anda tidak usah menyombongkan diri dan tinggi
hati.
Kekalahan
yang dialami oleh seseorang dalam aspek apapun pada umumnya memang menyakitkan
dan kadangkala sulit untuk diterima oleh orang tersebut dengan dada yang
lapang. Tentulah anda dapat menjawabnya apabila mengalaminya sendiri. Karena
secara fitrahnya manusia itu ingin menang dan tentu saja tidak mau kalah. Tapi
Allah selalu menjadikan serba dua, ada kalah dan ada menang, ada malam dan ada
siang, begitulah seterusnya.
Ketika
mengalami kekalahan sebagian orang merasa malu, pahit, tertekan, bahkan kadangkala
dia menganggap itu adalah sesuatu yang salah. Tetapi tentu saja tidak demikian
bagi orang yang mempunyai kekuatan mental yang kuat, kepercayaan diri yang
tinggi dan terutama apakah ia mempunyai iman atau tidak. Orang yang seperti ini
tidak mengenal kata menyerah dan putus asa, dia bertekad bahwa suatu saat dia
akan mampu menjadi pemenang yang sesungguhnya karena dia beranggapan ”kekalahan
adalah kemenangan yang tertunda”. Tapi sebagian lagi berusaha tegar dan
melupakan segala yang telah berlalu.
Dalam
suatu pertandingan, perlombaan dan kompetisi apapun dalam kehidupan ini,
kemenangan adalah dambaan setiap orang karena itu adalah suatu prestasi
disamping ada yang menganggap itu adalah juga prestise. Tapi tentu saja tidak
semua orang akan menang. Memang beruntung orang yang menang tapi bagi yang
kalah tidak perlu berkecil hati. Saya adalah orang yang mengalami bagaimana
merasakan suatu kekalahan, mengalami yang namanya pecundang, pada awalnya
memang sangat berat menerimanya, merasa sedih, merasa terpukul. Tapi lama
kelamaan saya berusaha menguatkan diri dengan satu cara yaitu ikhlas menerima
kekalahan dalam suatu pertempuran.
Kekalahan
saya dalam pertempuran bukan yang sesungguhnya layaknya bertempur berhadapan
dengan musuh, tetapi bertempur untuk merebut suatu tempat ”terhormat” menjadi
orang nomor satu di daerah saya. Boleh dikatakan suatu kompetisi merebut
simpati masyarakat atau rakyat agar dipilih oleh rakyat sebagai pemimpin atau
orang yang didahulukan selangkah ditinggikan seranting. Tapi kenyataannya bukan
saya yang terpilih, tapi orang lain yang menjadi saingan saya yang menang. Itulah
kenyataannya, memang pada awalnya berat menghadapi kekalahan tapi akhirnya saya
sadar mungkin itulah yang terbaik yang ditakdirkan oleh Allah Swt. Mungkin dibalik
itu ada suatu hikmah dan rahasia yang pasti hanya Allah yang tahu.
Belajar
dari kekalahan tersebut saya juga akhirnya sadar dan yakin bahwa mungkin ada
secuil ambisi dalam diri saya, meskipun saya mengakui bahwa bersedianya saya
ikut dalam kompetisi tersebut adalah karena dukungan sebagian masyarakat.
Tetapi saya baru paham sebagian dukungan yang saya terima hanyalah kepalsuan
belaka. Dan seumur hidup, saya tidak akan lupa siapa yang mendukung saya dengan
penuh kepalsuan, karena terbukti mereka tidak peduli dengan kekalahan yang saya
derita bahkan jangankan melihat, memandang sebelah mata saja tidak ada lagi kepada
saya, begitulah perumpamaannya. Tapi saya mencatat hanya ada satu orang pendukung
yang begitu peduli dan memberikan kesabaran serta membesarkan hati saya, saya
mengucapkan terimakasih kepada beliau. Begitulah oleh karena saya salah dalam
membaca situasi dan kondisi sehingga mengakibatkan sesuatu yang tidak
diharapkan.
Tapi
walau bagaimanapun mulai saat itu saya bertekad cukuplah sekali dalam hidup
saya berpartisipasi dalam hal tersebut di atas dan sejarah akan mencatat sampai
ke anak cucu, itu adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Dan saya akan
menjadikannya sebagai suatu pelajaran yang sangat berharga dalam hidup saya,
meskipun kekalahan adalah kemenangan yang tertunda tapi saya sudah berketetapan
hati bahwa itu sudah cukup. Karena pengabdian bukan hanya melalui jalan itu
saja tapi banyak jalan lain dan banyak cara lain yang dapat kita tempuh dalam
memberikan sedikit sumbangsih dan kepedulian kepada masyarakat, tapi bukan
karena maksud-maksud lain tapi karena mengharapkan keridaan Allah Swt. Amin.
(13/12/2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar