Oleh: Zulfadli Aminuddin
Merayakan ulang tahun sejak dahulu sudah menjadi tradisi
sebagian kalangan. Bahkan sudah menjadi kebiasaan yang wajib untuk
dilaksanakan. Apa sih manfaat yang dapat diperoleh dari merayakan ulang tahun?.
Kalau kita jujur maka akan diperoleh jawaban bahwa merayakan ulang tahun secara
umum nyaris tidak ada manfaatnya. Bahkan cenderung kepada kegiatan foya-foya
yang menghabiskan dana untuk yang sifatnya hiburan semata.
Bagi orang yang berduit tidak jarang memanfaatkan ulang
tahun dengan mengadakan pesta meriah yang menghabiskan biaya yang tidak
sedikit, mengundang teman, kolega dan sebagainya. Untuk yang berbisnis mungkin
ada juga untungnya sebagai ajang promosi terhadap relasi, bisa jadi sebagai
sarana silaturrahmi, tapi bukankah masih banyak cara lain yang dapat dilakukan
dengan tidak hanya ketemu sekali dalam setahun.
Bagaimana dengan orang yang tidak berduit yang untuk
makan sehari-hari saja susah, tentu mereka tidak akan mungkin mengadakan acara
ulang tahun yang paling sederhana sekalipun. Tentu akan sangat berbeda bila
dibandingkan dengan sebagian orang kaya yang berlimpah materi, mereka
menghamburkan uang hanya untuk sekedar pesta ulang tahun.
Sebetulnya apabila kita pahami benar bahwa makna ulang tahun
adalah agar kita introspeksi diri, terhadap apa saja yang telah kita kerjakan
selama satu tahun berlalu. Apakah yang kita lakukan sudah baik atau belum,
kalau belum tentu kita berusaha untuk lebih baik lagi. Kita tidak luput dari
dosa dan kesalahan, tentu kita bertaubat atas dosa dan kesalahan kita yang
telah berlalu. Apabila sudah banyak kebaikan kita maka kita berusaha untuk
menambahnya lagi.
Rasulullah Saw sebagai suri tauladan bagi kita, yang
sifat dan tingkah laku beliau patut kita contoh, seluruh peri kehidupan beliau
patut kita tauladani. Seluruh ajaran yang beliau tinggalkan wajib kita ikuti
dan taati. Kalau lah ada manfaat dari perayaan ulang tahun sudah pasti beliau
telah melakukannya dan kita pasti akan menirunya. Tapi ini tidak pernah dilakukan
oleh Nabi, karena beliau tidak pernah merayakan ulang tahun.
Lalu darimana asal muasal tradisi merayakan ulang tahun,
ternyata tradisi ini adalah warisan dari orang-orang Nasrani yang jelas orang non
Islam. Kita tidak tahu mungkin saja asalnya adalah ritual tertentu bagi mereka
dan ini yang kita tiru.
Menurut sejarah pada masa-masa awal Nasrani
generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum hawariyyun / pengikut nabi Isa pertama
yang ta'at) mereka tidak merayakan Upacara UlangTahun, karena mereka menganggap
bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan
orang kafir Paganisme. Pada
masa Herodeslah acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6.
Tetapi pada hari ulang tahun
Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, ditengah-tengah
meraka akan menyukakan hati Herodes. [Injil Matius14 : 6]
Dalam Injil Markus 6:21 disebutkan
: Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias,
ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk
pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.
[Injil Markus 6:21]
Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta
ulang tahun adalah orang Nasrani
Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia
orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta
itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit
Syaamil, hal. 298)
Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan
selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari Ultahnya.
Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz
dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini. Sedangkan
kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita
yang mulia Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam.
Adapun tradisi Ulang Tahun ini
merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganism, maka
Rasulullah memerintahkan untuk menyelisihinya. Apakah Rasulullah mengikuti
tradisi ini ? dan apakah 3
generasi terbaik dalam Islam melakukan ritual paganisme
ini ?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sebaik-baik umat manusia
adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka
(tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut
tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Janganlah kalian mencela
seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya
ada salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud
maka itu tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang
hanya sebesar genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.” [Muttafaq ‘alaih]
Rasulullah pernah bersabda: "Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang
sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika
mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para
sahabat bertanya,"Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani
wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "(ya) Siapa lagi jika bukan
mereka?!".
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia
termasuk golongan mereka." [HR. Ahmad dan Abu Daud
dari Ibnu Umar]
Allah berfirman; Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. [QS. Al Baqarah : 120]
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta
pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’:36)
"...
dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga,
dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah
besar." [QS. an-Nuur: 15]
Janganlah kita ikut-ikutan,
karena tidak mengerti tentang sesuatu perkara. Latah ikut-ikutan merayakan
Ulang Tahun, tanpa mengerti darimana asal perayaan tersebut.
Tidak apa-apa kalau kita sekedar mengucapkan selamat
ulang tahun kepada sahabat-sahabat kita, begitu pula sebaliknya tapi harus
diiringi doa kebaikan untuk teman kita tersebut. Bagaimana disaat hari ulang
tahun anda, teman anda ingin ditraktir misalnya, boleh saja bila anda memiliki
ekonomi yang cukup. Tapi bagaimana pula bila teman anda yang yang tidak mampu,
tentu kasihan bukan, apabila teman anda itu dituntut pula seperti itu. Adalah
lebih baik yang kita ucapkan itu dibarengi dengan doa yang tujuannya agar umur yang tersisa lebih
berkah untuk melaksanakan amal ibadah yang lebih berkualitas dan berkuantitas.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa dengan Perayaan Maulid
Nabi bukankah itu juga toh sama dengan
merayakan ulang tahun?. Perayaan Maulid Nabi dilaksanakan jauh setelah
Nabi wafat. Kenapa hal ini dilakukan, karena satu sebab utama yaitu
membangkitkan semangat keberagamaan umat pada waktu itu. Terutama semangat
jihad di kalangan kaum Muslimin dalam berperang dengan musuh. Hal ini sah-sah
saja, karena hanya dengan mengenang kembali kehidupan Rasulullah maka akan timbul
kecintaan terhadap Baginda Rasul, dan secara otomatis tumbuh semangat rela
berkorban membela kepentingan ummat.
Kita bisa mengambil contoh lain misalnya Perayaan hari
Ulang Tahun Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, atau ”Independent
Day”. Apa maknanya, yaitu semangat rela berkorban para pejuang bangsa para
pahlawan yang mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan. Semangat juang para
pahlawan inilah yang perlu kita kenang dan kita warisi dalam mengisi
kemerdekaan yang telah kita peroleh.
Kembali kepada merayakan ulang tahun, maka lebih baik
kita merenung. Apa yang harus kita lakukan dalam mengisi jatah umur kita yang
telah berkurang, memang usia kita bertambah tapi umur kita sudah pasti ada
batasnya. Karena kematian itu pasti, Qullu nafsin zaaiqatul maut. Mungkin esok
atau lusa kita tidak lagi akan menghirup udara dunia ini. Mempersiapkan bekal
untuk hari esok adalah lebih utama. Kita harus bertaubat, kita harus minta
ampun. Kita berharap dosa dan kesalahan kita diampuni dan semoga amal ibadah yang kita lakukan
bernilai disisi Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar