Imam Maulana
Andalas
Mihnah (tribulasi) yang dihadapi PKS dalam perjalanan politiknya
di Indonesia semakin menguat. Kebohongan dan kezholiman yang berupa
tuduhan-tuduhan palsu yang dilontarkan kepada para kader dan partai
da’wah ini untuk membusukkan nama baik para kadernya, untuk menghina dan
untuk mengelabui masyarakat supaya lari dari da’wah, supaya lari dari
seruan Allah. Ini bukanlah persoalan baru atau asing dalam perjalanan
da’wah yang benar. Sejak zaman dulu, barisan thagut dan angkatan
jahiliyah sudah melontarkan tuduhan palsu kepada Rasulullah saw. Mereka
menuduh Nabi sebagai tukang sihir, orang gila, pembohong, pemecah belah
masyarakat, memisahkan antara bapak dan anak serta berbagai tuduhan keji
lainnya.
Memang kejadian seperti ini membuat dada terasa sesak bagi para kadernya, kegeraman dan
kemarahan pun terkadang secara naluri insaniyah dapat muncul. Akan
tetapi penting bagi kader dan partai da’wah ini untuk tetap
mempertahankan sikap ‘istiqrar nafsi’ (ketenangan/stabilitas jiwa) dan
‘istiqrar tanzhimi’ (ketenangan struktural). Jangan sampai kesibukan
yang banyak, tantangan, ujian dan fitnah yang semakin berat justru
membuat jiwa dan pribadi kader PKS menjadi kacau dan terguncang, karena
kalau sudah seperti itu maka akan menjadi ‘an-nuful al mahzumah’, jiwa
yang kalah sebelum terjun ke medan pertempuran. Jangan sampai guncangan
ini membuat PKS terguling, jangan sampai jebakan ini membuat kader
terperosok.
Dalam kondisi seperti inipun kader PKS wajib bersyukur karena menjadi orang yang di zhalimi, bukan orang yang berlaku zhalim. Karena
ini insyaAllah membuktikan diri bahwa tengah menempuh jalan yang benar,
sebagaimana jalan para Rasul yang mendapat gangguan dan siksaan.
Karenanya semakin perkuatlah keikhlasan dan senantiasa bersihkan
niat dari kotoran riya dan duniawi, seperti yang dicari orang-orang yang
haus kekuasaan dari kalangan tokoh-tokoh sebagian partai politik pada umumnya.
Dalam keadaan ini harus tetap bersabar, walaupun sabar bukan
berarti ridha dengan kezhaliman. Karena kesabaran adalah faktor
keberhasilan dalam menghadapi ujian dan cobaan, maka iringi
pengaduan dan perlindungan kita hanya kepada Allah semata.
Sekali lagi Tarbiyah Islam mengajarkan, jangan sampai karena sesak
dan geramnya kita terhadap kezhaliman membuat kita emosi lalu mencaci dan
melaknat. Biarlah Allah sendiri yang menghukuminya, namun sebagai
kader dapat menyebutkan 'secara umum' dalam berdoa atau seruan,
"Perhatikanlah, laknat Allah untuk orang-orang yang zhalim”, “Ya Allah,
Hancurkanlah orang-orang yang zhalim”, “Ya Allah, gilirkanlah kebinasaan
pada orang-orang yang zhalim”.
“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zhalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Dan sesungguhya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak suatu dosa pun atas mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih." (Asy Sura : 39-42).
Wahai para penegak kebenaran...biarlah mereka (orang-orang yang zhalim
itu) menuduh kader da'wah sebagai seorang yang mabuk kekuasaan, dengan bertopeng agama dan
berbagai tuduhan dan propaganda liar dan palsu untuk memburuk-burukan
da’wah dan para pejuangnya, agar kader dan masyarakat lari dan menjauh,
agar masyarakat tidak memilih. Tapi sungguh tidak ada yang
dikehendaki Allah kecuali kebaikan untuk da’wah dan para kadernya.
Yakinlah bahwa Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui akan
menampakkan hakikat yang sebenarnya, kedok mereka akan terbuka dan
sejarah akan mencatat segala tuduhan palsu dan propaganda liar mereka.
Wahai pejuang keadilan....peganglah dada antum semua dan rasakan.. Aroma
Kemenangan itu semakin mendekat.
Wallahu a'lam bisshawab
*Prajurit di Perbatasan Andalas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar