Sabtu, 23 Maret 2013

Krisis dan Akar Masalahnya



Oleh: Zulfadli, SH, MK


Apabila berbicara tentang krisis maka sudah sangat sering kita mendengarnya, krisis adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan, kemunduran, ketakberdayaan, hilangnya sesuatu yang baik yang diharapkan sehingga timbul sesuatu yang buruk. Dimana dalam hal ini orang yang masih mau berfikir jernih diliputi keresahan, kemarahan sulit menerima keadaan tersebut dan sebagainya, tapi ada juga yang menghadapinya dengan kepanikan serta ke putus asa an dan sebagainya. Bermacam-macam sikap orang dalam menerima keadaan tersebut.

Dahulu sebelum munculnya era reformasi terkenal dengan krisis moneter atau disingkat dengan krismon, dimana nilai rupiah merosot tajam apabila dikurs dengan dollar Amerika. Sehingga timbullah kegoncangan yang meluas ditengah masyarakat. Kemudian ditimpakan penyebab krisis tersebut kepada pemerintah Orde Baru. Akhirnya pemerintahan Orde Baru tumbang oleh aksi yang dimotori oleh mahasiswa.

Krisis moneter tidak berdiri sendiri tapi katakanlah hanya sebagai pemicunya, karena diikuti kemudian dengan krisis lainnya yang bersifat multidimensi, seperti krisis kepercayaan, krisis kepemimpinan, krisis sosial, krisis politik. Itu hanya sebagian kecil dari sekian banyak krisis yang ada. Kemudian kita mendengar pula krisis akhlak/budi pekerti dan moral, barangkali yang terakhir inilah yang perlu kita garis bawahi. Kenapa demikian, karena sebelum munculnya krisis sebagaimana disebutkan di awal, krisis akhlak dan moral ini sebetulnya telah lebih dahulu ada tapi banyak orang yang tidak menyadarinya. Terjadinya perilaku-perilaku buruk para pemimpin tidak terlepas dari krisis akhlak dan moral ini. Kita tidak hanya memandang para pemimpin tapi juga sebagian rakyat telah mengalami krisis akhlak dan moral.

Secara jujur harus diakui bahwa pada zaman dahulu, katakanlah puluhan tahun yang lalu segala macam krisis itu barangkali telah ada beberapa tapi boleh dikatakan dalam skala yang kecil dan tidak punya pengaruh yang signifikan. Tetapi sekarang skalanya sudah sangat besar bahkan  telah menjadi multidimensi kata orang sekarang.

Menurut hemat saya akhlak dan moral ini sebetulnya akar masalah segala krisis yang ada itu muncul. Sebab akhlak dan moral ini sangat dijaga betul oleh agama Islam karena dalam agama Islam belumlah beragama dan beriman seseorang itu apabila belum berakhlak dan bermoral. Nabi Muhammad sendiri telah mengatakan; ”Tidaklah aku diutus ke bumi ini melainkan untuk menyempurnakan akhlak/budi pekerti manusia”. Percuma seorang yang mengaku muslim tapi budi pekertinya masih buruk, suka memfitnah, menghujat, berkata kotor, korup, bergunjing dan sebagainya.

Melalui media massa apakah elektronik maupun media cetak kita disuguhi berita berbagai macam bentuk kejahatan dan berbagai kerusakan akhlak dan moral di sekeliling kita. Apalagi dewasa ini melalui media internet dengan mudah kita mendapatkan informasi apa saja baik yang positif maupun yang negatif yang tidak terhitung lagi banyaknya.

Kita berharap krisis yang terjadi diawal reformasi dapat berkurang atau dihilangkan, tapi harapan itu mungkin hanya tinggal harapan karena bukannya berkurang malahan semakin marak terjadi bahkan di lingkungan kita masing-masing.

Apakah kita berputus asa terhadap hal demikian, tentu tidak, sebagai orang beriman kita harus tetap optimis. Sekali-kali tidak boleh berputus asa dan tidak boleh lemah. Karena Allah telah mengatakan bahwa Dia tidak akan membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Selagi kita masih diberi kekuatan oleh-Nya, berusaha mulai dari diri sendiri dan keluarga. Jagalah diri mu dan keluarga mu dari siksa api neraka kata Allah.  Hanya itulah usaha kita sedangkan keputusan selanjutnya serahkanlah kepada Allah swt, hanyalah orang bodoh yang ingin semua usahanya berhasil, padahal hanya Allah yang mampu mewujudkannya. Kita tidak dituntut oleh Allah supaya berhasil dari usaha kita itu tapi apa yang telah kita lakukan dan niatkan untuk mencapainya, kita telah mendapat Keridhaan dari-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar