Maret 4, 2011
KETIKA PAPA BERCERITA (10)
Awal
tahun 1960 Papa yang tengah berjaga sebagai Tentara Teritorial untuk
Kecamatan Bonjol Pasaman. Regu Papa ada 10 orang dengan 1 komandan regu.
Hampir kesemuanya adalah orang Kumpulan Pasaman. Komandan regu Papa
bernama Letnan Rasyid. Dimana daerah pengawasan mereka adalah Kumpulan,
Alaham Mati, Ladang Panjang, Binjai, Simpang dan sekitarnya. Masa itu
tengah dipersiapkan Proklamasi RPI singkatan dari Republik Persatuan
Indonesia. Para tokoh PRRI mengadakan hubungan diplomasi dengan beberapa
daerah yang juga bergolak menentang rezim Soekarno yang dinilai
Diktator kala itu. RPI dibentuk untuk meneruskan perjuangan dalam bentuk
Negara Federasi. Ikut bergabung di dalam RPI itu : PRRI, Permesta, DI
Aceh, dan DI Sulawesi Selatan.
Ketika
tengah berada di sekitar Batang Kumpulan di seberang Rajang di sebuah
kedai kopi di tepi kampung. Lewatlah seregu tentara dari pecahan
Batalyon 140 dari Suliki. Komandan regu itu rupanya adalah kawan Papa
ketika sekolah di SMA Batusangkar. Nama beliau Roslim. Karena telah lama
tidak bertemu, Papa mengajak mereka untuk istirahat dulu di kedai kopi
itu. Papa beri orang kedai uang untuk keperluan memasak. Mereka dengan
senang hati membelikan beras dan telur. Masakan kampung sederhana itu
cukup membuat seregu pasukan itu makan dengan lahapnya sambil riuh
bercerita. Walaupun dalam kondisi tetap siaga karena sewaktu-waktu
adanya Tukang Tunjuak.
Setelah
mereka selesai makan bersama itu, regu tersebut bergabung dengan
kompinya dan mulai bergerak menuju Pasaman Barat. Sambil berpamitan,
mereka minta didoakan supaya selamat dalam tugas ke Pasaman Barat. Papa
menduga misi kali ini khusus untuk persiapan Proklamasi RPI di Bonjol
yang dia ketahui kemudian hari di tanggal 8 Februari 1960.
Sekompi
pasukan ini terus bergerak di Pasaman Barat sampai masuk daerah Kinali.
Tepatnya di Durian Kinali dikuasai oleh tentara APRI dari Divisi
Diponegoro yang semuanya berasal dari Jawa Tengah. Pasukan dari Batalyon
140 sekitaran sekompi datang mengendap-ngendap di keheningan malam
menjelang subuh di rimbunan hutan Pasaman itu. Mereka mulai mendekati
tempat kedudukan pasukan Divisi Diponegoro tersebut. Keberadaan mereka
diketahui dan terjadilah kontak senjata di tengah subuh kelam itu.
Pasukan
Divisi Diponegoro yang dalam kondisi tidak siap, banyak yang berlarian
tanpa pakaian. Sebagian besar pasukan itu masih tidur pulas di subuh itu
sehingga tidak siap menerima serangan dari pasukan PRRI. Banyak yang
berlarian tak tentu arah sampai ada yang memanjat pohon kelapa. Markas
mereka tinggalkan begitu saja sehingga barang-barang bawaan mereka
dengan mudah dirampas oleh pasukan PRRI dari Batalyon 140 kala itu.
Tanggal
8 Februari 1960, sesuai kesepakatan yang diumumkan secara rahasia,
Proklamasi RPI dimulai dengan Upacara Bendera yang dilanjutkan dengan
Parade Militer. Semua berlangsung dengan hikmat dan penuh semangat.
Hadir kala itu, Presiden RPI Syafruddin Prawiranegara yang sekaligus
merangkap Perdana Meteri. Beliau bertindak sebagai pemimpin uapacara
didampingi oleh Kolonel Dahlan Djambek. Barisan pasukan militer yang
mengikuti Upacara bendera itu terlihat gagah dengan baju baru yang masih
ada tulisan Divisi Diponegoronya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar