Oleh : Zulfadli, SH
Nagari Kapau akan menjadi nagari yang madani, kenapa tidak? karena kita boleh berangan-angan dan bercita-cita bahkan setinggi bintang di langit. Kabupaten Agam telah mempunyai motto "Agam Mandiri dan Berprestasi Yang Madani". Kalau secara sederhana pengertian Madani itu sendiri merujuk kepada Negara Madinah yang dipimpin oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW, dimana di Madinah penduduknya atau masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, agama, dan kehidupan sosial budaya dan kemasyarakatan yang kompleks, dalam arti kata terdapat kehidupan multi ras, ada suku Aus, Khazraj dan lain-lain dan ada agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Nabi mempersatukan semua itu dalam satu pemerintahan yang mempunyai toleransi yang tinggi, menghormati semua latar belakang rakyatnya yang berbeda tersebut dalam satu konsep yang diterima dengan baik oleh seluruh penduduk.
Nagari Kapau juga terdiri dari latar belakang yang berbeda, terutama adalah terdapatnya suku-suku yang berbeda, ada suku Jambak, Guci Pili, Melayu, Jambak Kaciak, Tanjuang Pisang Simabua dan Koto yang masing-masing suku itu mempunyai pimpinan yang dinamakan Penghulu dengan gelarnya Datuk. Kemudian warganya juga mempunyai latar belakang pendidikan dan status sosial yang berbeda. Dari adanya perbedaan tersebut ada satu persamaan yaitu sama-sama warga Kapau dalam satu kesatuan adat dan pemerintahan dalam wadah Nagari Kapau. Dalam segi adat dipimpin oleh Penghulu Pucuak yang dinamakan Datuak Bandaro sebagai Rajo Adat dan Datuak Mangkudun sebagai Rajo Ibadat. Demikian pula dari segi pemerintahan yaitu pemimpin tertingginya adalah Wali Nagari.
Sejak dari dahulu nagari Kapau telah terkenal ke seluruh nusantara bahkan ke mancanegara, karena sifat merantau sebagian besar warganya. Sebagian warga Kapau yang merantau umumnya manggaleh atau berdagang dalam segala bidang, ada yang berdagang Nasi Kapau, makanan spesifik dari Nagari Kapau, berdagang songkok/kopiah dan masih banyak lagi bergerak di bidang yang lain. Dari sekian banyak orang Kapau yang merantau pada umumnya selalu berhasil. Dan menariknya lagi para perantau tersebut selalu teringat akan kampung halamannya bak kata pepatah "hujan ameh di nagari urang, hujan batu di nagari awak namun labiah baiak nagari awak" artinya meskipun hujan emas di negeri orang dan hujan batu di negeri sendiri tapi lebih baik negeri sendiri. Sehingga bagi yang merantau meskipun telah puluhan tahun namun sering juga pulang ke kampung dan paling tidak sering juga membantu kampung halaman.
Tentu kita ingin melihat nagari kita maju, tentu pula kita bercita-cita anak kemenakan kita di kampung mempunyai kehidupan yang lebih baik dan mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, serta terjamin dalam mendapatkan lapangan pekerjaan. Maka merupakan PR bagi kita semua baik yang di rantau maupun yang berada di kampung untuk membangun kampung kita sejajar dengan nagari-nagari lain yang lebih maju. Karena apa yang tidak dimiliki oleh orang Kapau, semua dimiliki, baik itu sumber daya manusia dan sumber dana, meskipun nagari kita mempunyai wilayah yang kecil dan sumber daya alam yang terbatas tapi potensi lain yang kita miliki sangat besar, terutama sumber dana dari rantau disamping banyaknya sumber daya manusia yang berpendidikan tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar