Oleh: Zulfadli Aminuddin
Masih ingat kasus pembunuhan beberapa waktu lalu
yang dilakukan seorang dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka terhadap
istrinya?. Pembaca pasti kaget mengetahui ini apalagi saya lebih kaget lagi,
karena dosen yang namanya Ilmul Khaer ini teman kuliah seangkatan dengan penulis
di Fakultas Hukum Unand. Dia tidak seperti saya karena dia terus melanjutkan
kuliah sampai S3 atau mendapat gelar Doktor dalam ilmu hukum internasional.
Penulis tidak habis pikir dan selalu timbul tanda
tanya besar dalam benak penulis kenapa dia sampai melakukan hal tersebut.
Logika penulis nyaris tidak mampu menjelaskan ini. Dia dikenal kalem dan sangat
baik, meskipun penulis jarang berjumpa sewaktu kuliah tapi penulis tahu bahwa
dia orang yang baik. Bahkan informasi yang penulis peroleh dari orang yang
mengenalnya baru-baru ini bahwa dia itu rajin beribadah ke masjid. Kesimpulan
sementara penulis, ternyata ketinggian ilmu yang diperoleh seseorang tidak
berbanding lurus dengan kebaikan hatinya. Timbul pertanyaan lagi apa persoalan
dan seberapa berat persoalan itu sehingga sampai melakukan perbuatan yang
katakanlah gila tersebut apalagi dilakukan kepada keluarga sendiri.
Kita tidak perlu membahas kasus yang menimpa teman
penulis ini tapi ada satu inti persoalan yang dapat kita ambil hikmahnya,
setidaknya untuk kehidupan pribadi kita. Bahwa apabila ada persoalan yang betapapun
beratnya jangan kita hadapi dengan emosi semata tapi harus kita hadapi dengan
iman dalam dada dan sejenak tenangkan fikiran. Lantas kita berfikir yaitu dengan cara memandang ke depan apa akibat
yang akan terjadi bila tindakan ini kita lakukan.
Mungkin yang penulis katakan mudah dalam ucapan
tapi mungkin sulit dalam penerapan. Namun setidaknya sebagai acuan awal sebelum
kita bertindak lebih jauh, apalagi perbuatan membunuh yang dilakukan itu
sungguh suatu dosa besar jangankan membunuh memukul saja sudah perilaku salah.
Apakah tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh,
tentu saja ada. Jangan kita berfikir sendiri mengatasi persoalan apabila sudah
mentok cara menyelesaikannya dengan isteri kita, tapi ada jalan lain yaitu beri
ruang kepada orang lain atau pihak ketiga yang kita percayai dan kita hormati
untuk membantu kita mengatasi persoalan. Atau kita serahkan kepada Allah, kita
bermohon kepada Allah supaya Allah menolong kita agar kita dapat keluar dari
persoalan yang dihadapi.
Pembaca dan penulis pasti sependapat bahwa
kejadian seperti ini tidak terulang lagi bagi siapa saja dikemudian hari
apalagi bagi keluarga anda sebagai pembaca dan saya selaku penulis. Cukuplah
sekali. Ternyata tingginya ilmu pengetahuan kita tidak cukup apabila tidak
diimbangi dengan iman dan ketaatan kita kepada Allah.
Jangan kita beribadah hanya berupa seremonial
belaka yang bukan karena Allah tapi karena sesuatu selain Allah. Kita rajin
beribadah tapi kering dari makna ibadah yang kita lakukan. Mari kita luruskan
niat dari sekarang dalam menghadapi hidup ini sebelum terlambat. Janganlah
hendaknya pola fikir dan perbuatan kita bertolak belakang dengan perilaku kita
sehari hari.
Kejadian demi kejadian yang kita saksikan maupun
yang kita alami secara langsung, apakah yang baik ataupun yang buruk hendaknya
menjadi pelajaran yang amat berharga bagi kita di dunia ini dan agar tidak menjadi
penyesalan bagi kita dikemudian hari. Ibarat kata pepatah; sesal dahulu
pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar