Oleh: Zulfadli Aminuddin
“…Allah jadikan kita untuk
ibadah, sudahkah kita melakukannya
Mengapa kita
menangguh-nangguhkan, sedangkan kematian tiada terduga…”
Syair nasyid di atas
mengisyaratkan kepada kita untuk ingat kepada kematian, ingat kepada maut yang
sewaktu-waktu pasti akan menemui kita, memisahkan manusia dari gemerlapnya
kehidupan dunia.
Kita tidak perlu memikirkan
maut yang akan menjemput kita, karena pasti akan terjadi. Tapi yang perlu kita
pikirkan adalah siapkah kita menghadapi maut, dalam arti kata apakah kita akan mati
secara baik atau tidak.
Setiap waktu kita kita
mendengar berita kematian, banyak sebab kematian seseorang. Ada orang yang mati
karena sakit, ada yang mati tanpa sebab yang jelas atau mendadak, mati karena
kecelakaan kendaraan bermotor, mati dibunuh, mati bunuh diri dan mungkin banyak lagi sebab
kematian lainnya. Ada anak kecil yang mati, ada remaja yang mati dan ada orang
tua lanjut usia yang juga mati.
Kita tidak pernah tahu
apakah kematian seseorang itu husnul khatimah ataukah suul khatimah, kita hanya
tahu tanda-tandanya dan juga melihat amal ibadahnya selama masih hidup, selebihnya
hanya Allah yang Maha Tahu. Sebagaimana Allah tidak pernah memberitahu tahu
kapan, dimana dan bagaimana cara kematian makhluknya, tidak ada satu pun
makhluk yang tahu bahkan nabi Muhammad sendiri tidak diberitahu oleh Allah Swt.
Ada orang yang ketika siang
masih berbicara dengan kita tiba-tiba malamnya dijemput oleh Malaikat maut. Ada
teman yang malamnya masih bercanda dengan kita tidak tahunya esok pagi telah
menghadap Allah Subhanahu wa taala. Bahkan ada orang yang kita saksikan
menghadapi sakaratul maut.
Kematian itu adalah rahasia
Allah semata. Allah mengingatkan kita yang lebih kurang maksudnya adalah berusahalah
untuk duniamu seolah kamu hidup untuk selamanya dan berusahalah untuk akhiratmu
seolah kamu akan mati esok pagi. Jadi sudah jelas bahwa ada yang akan kita bawa
menghadapi kematian yaitu amal ibadah.
Orang beriman pasti
mengingat mati, dia akan berupaya menyiapkan bekal yang banyak menghadapi alam
gaib atau alam barzakh setelah mati. Suatu alam yang tidak mampu diketahui oleh
manusia yang hidup karena tidak ada satu pun manusia yang kembali ke dunia
setelah kematian dialaminya.
Kita hidup di dunia yang sudah
maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dimana telah menguasai peradaban
manusia. Semua itu kadang-kadang melalaikan kita dari ketaatan kepada Allah,
bahkan melupakan kewajiban kita kepada Allah seperti shalat wajib yang lima
waktu.
Karena indikator seseorang
itu benar-benar seorang muslim cukup pada shalat yang dilakukannya yang tercermin
pada watak dan karakternya yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu
melihat ibadah-ibadah yang lain tapi cukup dengan shalat ini saja kita sudah
dapat menilai keislaman seseorang.
Berapa banyak orang sekarang
ini yang kita saksikan sama sekali tidak melaksanakan shalat padahal mereka
mengaku muslim. Mereka asik dengan pekerjaannya dan tidak menghiraukan azan apabila
telah berkumandang. Mari kita perhatikan jangankan shalat berjamaah di masjid
bahkan di rumah dan kantor pun mereka tidak kelihatan melakukan shalat. Orang
seperti ini bukan hanya yang muda bahkan yang tua pun tidak sedikit. Bahkan ada
yang bangga bahwa dirinya tidak shalat seolah-olah menentang Allah, seakan
mereka hidup selamanya dan tidak akan mati. Nauzubillah min zaalik.
Saya masih ingat pada suatu
kali ketika dalam suatu rapat terdengarlah suara azan dari masjid, selesai azan
maka pimpinan rapat memberitahukan bahwa rapat diskor untuk beberapa menit dan
mengajak peserta rapat untuk shalat berjamaah di masjid. Saya sangat setuju
kepada tindakan pimpinan rapat ini dan perlu diacungi jempol, karena biasanya
pimpinan rapat hanya sekedar menghentikan kegiatan ketika azan berkumandang tapi
setelah itu rapat kembali dilanjutkan, ini salah dan tidak perlu diikuti.
Memang kita wajib menyadari
bahwa kita tidak tahu ketika beberapa saat setelah azan kemudian rapat
dilanjutkan apakah kita masih menghirup udara dunia ini, padahal kita belum memenuhi
kewajiban shalat. Sebagian peserta rapat dengan segera menuju masjid tapi
sebagian lagi ada yang nongkrong dan ada pula yang menuju ke kedai. Kita maklum
kepada kaum ibu yang mungkin ada halangan tapi bagaimana dengan kaum bapak?.
Tidak ada alasan lain karena mereka memang tidak shalat.
Kondisi seperti ini memang
sangat memprihatinkan, bagaimana cara mewariskan nilai-nilai agama kepada
generasi yang akan datang, apabila orang tuanya sendiri tidak shalat bagaimana
mungkin anaknya akan melaksanakan shalat karena orangtuanya tidak pernah
mencontohkan.
Sudah jelaslah bahwa kita
harus sering mengingat kematian yang kapan saja pasti menemui kita bahkan kita
menyongsong kematian tersebut. Ada suatu kisah seseorang yang takut mati, maka
disuruhnya seseorang membuat sebuah peti khusus yang ditutup rapat dan dibawa
ke sebuah negeri yang sangat jauh menghindari malaikat yang akan mencabut
nyawanya. Setiba di negeri yang dituju ternyata malaikat sudah menunggu di sana
dan mencabut nyawanya.
Kita tidak tahu bagaimana
jadinya negeri ini duapuluh atau lima puluh tahun yang akan datang apabila
generasi pada waktu itu jauh dari nilai-nilai agama dan negeri ini akan
dipimpin oleh anak cucu kita yang sebagian mereka tidak diwariskan oleh orang
tuanya pendidikan agama yang baik. Kita hanya berharap para pemimpinnya jatuh
kepada orang-orang yang taat kepada Allah. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar