Oleh: Zulfadli
Aminuddin
Suasana gelap di malam itu meliputi halaman rumah dimana
beberapa tentara sudah menunggu, maklum waktu itu penerangan masih dengan lampu
minyak tanah atau lampu togok, dari dalam rumah lampu togok cahayanya cuma
remang-remang sampai ke halaman rumah. Sutan Basa tidak mengenal pasti berapa
orang dan siapa saja tentara yang akan menangkapnya karena suasana gelapnya
malam.
Sutan Basa keluar dari dalam rumah dilepas isteri dan
anaknya dengan isakan tangis tertahan, tampak aura ketakutan di wajah mereka. Keluarganya
mungkin masih berharap Sutan Basa nanti akan kembali berkumpul bersama mereka
sebagaimana sediakala. Wajah Sutan Basa tampak tegang namun ia masih berusaha
tetap tenang di hadapan keluarganya
meskipun dia ragu akan perlakuan tentara-tentara itu. Karena wataknya
yang keras sulit baginya untuk cengeng menghadapi situasi seperti ini.
Sambil terus mengangkat tangan di atas kepala, Sutan Basa
melangkahkan kakinya dengan tegar diikuti oleh tentara-tentara itu dengan
todongan pistol. Sutan Basa digiring sejauh lebih kurang dua ratus meter dari
rumahnya ke pinggir jalan dekat sebuah surau. Di sana secara bertubi tubi Sutan Basa
dipukuli oleh tentara-tentara dengan tangan kosong dan ada juga dengan gagang
senapan.
Penganiayaan terhadap Sutan Basa berlangsung dramatis tanpa
ada yang berani menolong, tidak seorang pun masyarakat di sekitar tempat itu
yang berani mendekat. Siapapun yang berani mendekat dan menolong berarti sama
saja dengan bunuh diri, karena hukum berada di tangan para tentara, mereka
dengan leluasa bertindak sesuai dengan keinginannya dalam menangkap serta
menghukum siapa saja. Ibarat sebuah pisau mereka terpegang tangkainya sedangkan
rakyat biasa terpegang matanya. Karena hanya satu sebab yaitu situasi dan
kondisi daerah sebagai darurat perang. Teriakan kesakitan Sutan Basa tidak
menimbulkan rasa iba dari tentara-tentara itu yang ibarat robot yang sudah
terprogram terus saja menganiaya Sutan Basa.
Tanpa adanya rasa belas kasihan dari tentara-tentara itu,
tembakan beruntun senjata otomatis dari jarak dekat diarahkan ke tubuh Sutan
Basa, bunyi tembakan memecah kesunyian malam, peluru pun menembus tubuh Sutan
Basa. Tubuh Sutan Basa yang sudah tidak berdaya itu pun terkulai, Sutan Basa
tewas bersimbah darah, dia tewas secara tidak adil karena keadilan sudah
terampas dengan semena-mena.
Suasana kembali hening dan sunyi, tanpa merasa bersalah akhirnya
tentara-tentara itu berlalu meninggalkan Sutan Basa yang sudah tidak bernyawa,
dia terkapar bersimbah darah. Seolah-olah sudah disetting sedemikian rupa para
tentara itu hanya bertindak sebagai petugas yang telah selesai melaksanakan tugasnya. Beberapa
saat kemudian barulah orang-orang berdatangan mengambil jenazah Sutan Basa.
Tidak terhitung berapa yang bernasib seperti Sutan Basa,
tidak terhitung berapa Istri yang kehilangan suaminya dan anak kehilangan
bapaknya. Pergolakan daerah telah membawa malapetaka yang dahsyat. Siapa yang harus
disalahkan sebab takdir telah terjadi.
Pak Datuk masih belum dapat memejamkan matanya malam itu,
dia terus menerawang tapi bukan menghayal, pikirannya bergolak. Sesekali dia
terbayang dengan Sutan Basa yang menurut firasat pak Datuk, Sutan Basa akan mengalami keterancaman atas
jiwanya. Tapi di lain fihak pak Datuk juga memikirkan nagari dan masyarakatnya
yang juga terancam akibat pergolakan daerah ini. Di samping itu jiwanya juga
terancam karena keberaniannya dalam menyerempet bahaya dalam pergolakan daerah.
Tewasnya Sutan Basa
secara cepat menyebar ke pelosok nagari. Mendengar kabar Sutan Basa tewas, pak
Datuk hanya nampak masygul, sebelumnya dia sudah berkeyakinan dan sudah tahu
siapa dalang dibalik pembunuhan ini, usaha menghindari peristiwa ini jangan
sampai terjadi sudah dilakukannya, tapi apa daya dibalik itu semua diluar
kemampuan pak Datuk, nasi sudah menjadi bubur, kejadian itu telah terjadi
begitu cepat dan tentu sudah dirancang secara rapi dan terencana.
Pak Datuk bergegas menuju kediaman Sutan Basa. Jenazah sudah
berada di tengah rumah dikelilingi isteri dan anak-anaknya serta kerabat yang
meratapi kepergian tragis dari orang yang mereka cintai. (Bersambung...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar